Anugerah :D

Foto saya
Puring, kebumen , Indonesia

Selasa, 14 Oktober 2014

Makalah Lingkungan Pendidikan






MAKALAH
LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Makalah ini disussun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar Pendidikan
Dosen Pembimmbing Nurhidayah, M.Pd

Disusun Oleh : 
   1.       Paryati

                          2.      Pujiasih Ambarwati
                          3.      Puji Lestari

             PGMI II A

SEKOLAH TINGGI NAHDLATUL ULAMA (STAINU) KEBUMEN
2013





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
1.3. Manfaat Penulisan..................................................................... 2
1.4. Rumusan Masalah..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3
          2.1. Pengertian Ketatausahaan......................................................... 3
          2.2. Jenis dan Tugas Ketatusahaan................................................... 4
          2.3. Definisi Tenaga Pendidik dan Kependidikan.............................. 10
          2.4. Tujuan Menejemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan............ 11
          2.5. Tugas dan Fungsi Tenaga Pendidik dan Kependidikan............... 12
          2.6. Aktivitas Tenaga Pendidik dan Kependidikan............................ 13
BAB III PENUTUP.................................................................................. 15
          3.1. Kesimpulan.............................................................................. 15
          3.2. Saran....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 16









KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah swt yang dimana atas limpahan taufiq, hidayah, inayah, nikmat kesehatan, keselamatan yang penulis terima sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan yang berjudul Lingkungan pendidikan walaupun masih jauh dari kesempurnaan.
Penulisan makalah ini  didasarkan pada tugas dari dosen yang mengampu mata kuliah Dasar-dasar pendidikan dan juga karena menelaah permasalahan-permasalaan dunia pendidikan bangsa ini yang semakin kompleks dengan degradasi intelektual, moral maupun spiritual yang mengakibatkan kesemrawutan para subjek pendidikan yakni pendidik dan yang terdidik. Perlu pembenahan segera atas permasalahan ini agar dunia pendidikan bangsa ini mampu bangun dari tidurnya agar mampu membantu bangsa ini bangkit dari ketenggelaman arus global sehingga nantinya mampu untuk berenang dalam arus gobal. Hal ini tentulah beralasan karena perndidikan dapat dijadikan sebuah tolak ukur kemajuan suatu bangsa yakni apabila pendidikan maju maka bangsa itu pun maju namun juga sebaliknya.
Kesempurnaan dari makalah ini tentulah masih belum tercapai, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya nantinya makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.




BAB I
Pendahuluan

A.     Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang selalu ingin hidup berdampingan dengan lingkungannya, baik dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan merupakan tempat berlangsungnya pendidikan, dalam Sistem Pendidikan Nasional dikenal tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah, dan lingkungan pendidikan masyarakat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian lingkungan pendidikan ?
2.      Bagaimana pendidikan dalam lingkungan keluarga ?
3.      Bagaimana lingkungan pendidikan sekolah ?
4.      Bagaimana peran pendidikan dalam lingkungan masyarakat ?

C.     Tujuan Penulisan   
1.      Untuk mangetahui lingkungan apa saja yang mempengaruhi proses pendidikan.
2.      Untuk mengetahui fungsi atau peranan lingkungan keluarga dalam pendidikan anak.
3.      Untuk mengetahui fungsi dan tujuan lingkungan sekolah dalam pendidikan anak.
4.      Untuk mengetahui fungsi dan tujuan lingkungan masyarakat dalam pendidikan anak.
                                                                                                  




BAB II
Pembahasan

A.  Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan suatu keadaan atau berupa tempat yang memungkinkan terjadinya pendidikan. Karena pendidikan merupakan interaksi manusia, maka yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan adalah suatu tempat dimana memungkinkan terjadinya suatu interaksi manusia dalam prosespendidikan dan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Lingkungan pendidikan secara garis besarnya oleh Ki Hajar Dewantoro dibagi menjadi tiga yang disebut Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.Hal itu sejalan dengan dinyatakan oleh Langeveld bahwa yang bertanggung jawab dalam pendidikan adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat (Tirtahardja, 2004).
Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap peserta didik. Perbedaan pengaruh tersebut tergantung jenis lingkungan pendidikan tempat peserta didik terlibat di dalamnya. Hal ini karena masing-masing  lingkungan pendidikan memiliki situasi sosial yang berbeda-beda. Situasi sosial yang dimaksud meliputi faktor perencanaan, sarana, dan sistem pendidikan pada masing-masing jenis lingkungan.
B.          Fungsi Lingkungan Pendidikan
1.      Membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya baik lingkungan fisik, sosial dan budaya,

C.  Pendidikan dalam lingkungan keluarga
1)   Pengertian keluarga
Secara etimologis, menurut Ki Hajar Dewantoro (Abu Ahmadi, Nur Unbiyati, 1991) kata keluarga berasal dari kata kawula dan warga. Kawula berarti “abdi”, yakni “hamba” dan warga berarti anggota.Sebagai abdi di dalam keluarga wajiblah seseorang menyerahkan segala kepentingan-kepentingannya kepada keluarganya.
Secara umum keluarga merupakan suatu lembaga yang terdiri atas suami istri dan anak-anaknya  yang belum menikah, hidup dalam sebuah kelompok berdasarkan ikatan tertentu, bertempat tinggal sama, yang ditandai dengan adanya kerjasama ekonomi, memilki fungsi mendidik anak sehingga anak berkembang dengan baik.
Lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama dan pertama bagi anak, karena di sinilah anak mengenal dunia pertama kalinya. Kemudian disebut sebagai lingkungan  pendidik yang utama bagi anak, karena keberhasilan pendidik anak dalam keluarga ketika anak dalam usia dini atau (golden age), akan sangat berpengaruh pada keberhasilan pendidikan pada periode perkembangan anak berikutnya. Karena itulah keluarga dipandang sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.
2)   Fungsi Keluarga
·        Fungsi Edukasi
Orang tua secara kodrati langung memikul tenaga sebagai pendidik, baik bersifat sebagai pemelihara, pengasuh, pembimbing, maupun sebagai guru dan pemimpin terhadap anak-anaknya.
·        Fungsi Sosialisasi
Keluarga menjadi penghubung anak dengan kehidupan social, dengan pembiasaan nilai-nilai norma-norma social yang berlaku dalam masyarakat.
·        Fungsi Proteksi (Perlindungan)
Keluarga berfungsi sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman, damai, dan tentram bagi seluruh anggota kelurga sehingga terpenuhi kebahagiaan batin dan juga secara fisik.
·        Fungsi Afeksi (Perasaan)
Keluarga sebagai tempat untuk menumbuhkan-kembangkan rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungan.
·        Fungsi Religius
Keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak kepada kehidupan beragama.
·        Fungsi Ekonomi
Keluarga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan ekonomi, fisik dan materil yang sekaligus mendidik keluarga hidup efisien, ekonomis dan rasional.
3)      Keluarga sebagai Lingkungan Pendidikan
Keluarga merupakan tempat yang subur dan efektif bagi pendidikan watak dan budi pekerti, seperti kejujuran, keadilan, keberanian, dan sebagainya.Keluarga juga membina dan mengembangkan persaan soaial anak, seperti hidup hemat, menghargai kebenaran, tenggang rasa, dan sebagainya.
Oleh karena itu, keluarga sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranan penting dalam membentuk generasi muda.Keluarga disebut juga lembaga pendidikan informal, pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang tidak diorganisasikan secara structural dan tidak mengenal penjenjangan kronologis menurut tingkatan umum maupun tingkatan keterampilan dan pengetahuan.
4)      Peranan Anggota Keluarga dalam Pendidikan Anak
Ø  Peranan Ibu
Ibu dalam keluarga merupakan orang yang pertama kali berinteraksi dengan anaknya, pengalaman anak dengan ibunya akan sangat terkesan seumur hidupnya atas perlindungan, pemeliharaan dan dorongan serta kasih sayangnya.
Dari seorang ibu diharapkan ia menghadapi anaknya dengan penuh kasih sayang, sehingga dikatakan bahwa “ibu berperan sebagai lambing kasih sayang”

Ø  Peranan Ayah
Seorang ayah mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya terhadap pembentukan kapribadian anak.Anak memandang ayahnya sebagai orang paling bearani, paling perkasa.Kegiatan sehari-hari yang dilakukan ayah sangat berpengaruh besar kepada ayahnya.
Jadi hendaknya seorang ayah mempunyai kesadaran bahwa ia turut bertanggung jawab dalam pejagaan, perawatan, dan pemeliharaan serta pendidikan anak-anaknya bersama seorang ibu.

D.       Pendidikan dalam Lingkungan Sekolah
Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak.Karena itu disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan kepribadian anak. Karena sekolah itu sengaja disediakan atau dibangun khusus untuk tempat pendiddikan, dapatlah ia digolongkan sebagai tempat atau lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, lebih-lebih mempunyai fungsi melanjutkan pendididkan keluarga dengan guru sebagai ganti orang tua yang harus ditaati (Ahmadi, 1991).
Pendidikan di sekolah, biasanya disebut sebagai pendidikan formal karena ia adalah pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan, isi, metode, alat-alatnya disusun secara eksplisit, sistematis dan distandarisasikan (Azra, 1998).
Penjabaran fungsi sekolah sebagai pusat pendidikan formal, terlihat pada tujuan institsional, yaitu tujuan kelembagaan pada masing-masing jenis dan tingkatan sekolah. Di Indonesia lembaga pendidikan formal pra sekolah meliputi: Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas yang terdiri dari Sekolah Menengah Umum dan Kejuruan, serta Perguruan Tinggi dengan aneka ragam bidangnya. Tujuan institusional untuk masing-masing tingkat atau jenis pedidikan, pencapainya ditopang oleh tujuan-tujuan kirikuler dan tujuan instruksional.
Sekolah hendaknya memberikan pendidikan keagamaan, ahlak sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Pendidikan agama yang diberikan jangan bertentangan dengan pendidikan agama yang telah diberikan keluarga, karena si anak akan diharapkan dengan pertentangan nilai-nilai, sehingga mereka akan bingung dan kehilangan kepercayaan. Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul tanggung jawab pendidikan yang dipikul orang tua (Daradjat, 1992).
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan berdasarkan asas-asas tanggung jawab berikut ini:
·        Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku (undang-undang pendidikan).
·        Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan Negara.
·        Tanggung jawab fungsional ialah tanggung jawab profesional pengelola dan pelaksana pendidikan (para guru dan pendidik) yang menerima ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya. Tanggung jawab ini merupakan pelimpahan tanggung jawab dan keercayaan orang tua (masyarakat) kepada sekolah dari para guru (Tim Dosen IKIP Malang, 1988)
Sekolah yaitu pendidikan sekunder yang  mendidik anak mulai dari usia msuk sekolah sampai ia keluar sekolah dengan pendidikannya (guru) yang mempunyai kompetensi professional, personal, sosial dan pedagogik. Persekolahan seringkali diidentifikasikan sebagai lembaga pendidikan formal, sebagai akibat persekilahan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan yang pengelolaannya dengan aturan yang lebih ketat dibandingkan dengan lembaga lainnya.Sekolah sebagai tempat pendidikan formal, pembinaan dan pengembangan kepribadian anak di sekolah diorientasikan pada tujuan tertentu sesuai dengan visi, misi dan tujuan sekolah, diantaranya diorientasikan kepada kehidupan masyarakat dalam rangka menumbuhkan nilai-nilai budaya yang ada pada masyarakat disekitarnya.
Sekolah sebagai pendidikan formal dirancang sedemikian rupa agar lebih efektif dan lebih efisien, yaitu bersifat klasikal dan berjenjang.Sistem klasikal memungkin beberapa/sejumlah anak belajar bersama dan dipimpin oleh seseorang arua beberapa orang guru sebagai fasilator. Sebagai konsekuensinya mereka menerima materi yang sama. Untuk itu, pada suatu kelas biasanya murid-muridnya mempunyai kemampuan yang relatif sama dari kelompok umur yang hampir sama pula.
Pada dasarnya sekolah sekarang sudah tidak disekay oleh tembok atau gedung karena sumber belajar yang dipergunakan di sekolah sudah beragam dari sesuatu yang dapat dibawa ke dalam kelas sampai ssuatu yang hanya bisa dikunjungi oleh anak karena tidak mungkin dibawa ke dalam kelas, seperti museum, gunung, hutan, pantai dan lain sebagainya.
Sekolah memiliki ciri jenjang, antara lain:
·          Jenjang Lembaga
Sekolah dirancang dengan berbagai tingkatan, dari Taman Kanak-Kanak (TK), sampai Perguruan Tinggi (PT).Sebagian dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional dan sebagian lainnya dikelola oleh Departemen Agama.
·          Jenjang Kelas                                                                                                                                                       Disamping berjenjang ke atas mnurut tingkatan lembaga, juga berjenjang menurut tingkatan kelas. Seperti pada jenjang lembaga, murid hanya bisa mengikuti pendidikan pada kelas yang lebih tinggi bilamana ia telah dapat menyelesaikan pendidikannya di tingkat sebelumnya. Jenjang kelas ini bervariasi.Pada tingkat SD/MI terdiri dari enam kelas, SMP/MTS tiga kelas, dan SMA/MA termasuk sekolah yang sederajat tiga kelas.Sedangkan pada jenjang PT tidak ditentukan oleh jenjang kelas, tetapi sejauh mana mahasiswa dan mahasiswi dapat menyelesaikan pendidikannya sesuai dengan kecepatannya.Setiap mahasiswa dan mahasiswi diberi kesempatan untuk memilih mata kuliah dan dosen secara mandiri.Masing-masing mata kuliah diberi bobot sendiri-sendiri yang disebut dengan Stuan Kredit Semester (SKS).Ada mata kuliah yang berbobot 2 sks, 3 sks, 4 sks, 5 sks, 6 sks, 7 sks, dan 8 sks.Mahasiswa dan mahasiswi hanya diperkenankan mengambil maksimal 24 sks.Apabila mahasiswa dam mahasiswi mendapatkan kesempatan untuk menempuh 24 sks, maka jumlah sks itu dibagi dengan jumlah sks masing-masing mata kuliah. Dengan demikian akan diperoleh jumlah mata kuliah yang akan ditempuh dalam satu semester. Apabila jumlah mata kuliah yang ditempuh dalam satu semester itu mendapatkan nilai baik ia dapat mempertahankan jumlah sks maksimal untuk semester berikutnya. Akan tetapi bila nilai yang diperolehnya kurang baik, jumlah sks yang diperkenankan diambil pada semester berikutnya dikurangi. Konsekuensi dari sistem seperi ini, adalah bahwa setiap mahasiswa dan mahasiswi yang dapat menyelesaikan jumlah maksimal sks setiap semester, dampaknya ia akan cepat selesai karena setiap semester ia mendapatkan jatah sks yang banyak. Disisi lain apabila setiap semester ia mendapat nilai kurang baik, ia hanya diperkenankan mengambil jumlah sks sedikit, sehingga berakibat penyelesian studinya lebih lama.
Sistem pembelajaran pada masing-masing jenjang sebagaimana tersebut di atas telah ditentukan muatan materi, desain, strategi pembalajaran yang disebut dengan kurikulum masing-masng level atau jenis sekolah mempunyai kurikulum sendiri yang berbeda antara satu sama lain. Dengan memperhatikan asupan kurikulum ini, seorang anak akan berpindah ke tempat lembaga atau jenjang pendidikan lainnya sesuai dengan kompetensi yang pernah dicapainya sesuai dengan muatan kurikulumnya. Sebaiknya anak yang tidak dapat menyelesaikan suatu tingkat/jenis pendidikannya dapat megulang kembali pada jenjang yang pernah ditempunya sampai ia menguasai kompetensi yang dipersyaratkan oleh jenjang di jenis sekolah itu.
Evaluasi intuk mengukur kemampuan murid untuk menyelesaikan pendidikannya pada suatu jenjang atau jenis pendidikan dilakukan melalui tiga cara, yaitu: 
   Formatif, dilakukan setiap selesai satu sesi pembelajaran.  
Sumatif, yang dilakukan setiap semester, atau setiap tahun. 
                   Untuk evaluasi yang diselenggarakan setiap tahun ini disebut dengan Evaluasi Tahap Akhir (EBTA).  
   UAN (Ujian Akhir Nasional), adalah evaluasi yang diselenggarakan pada sekolah yang diselenggarakan  oleh pemerintah (sekolah negeri atau sekolah swasta) yang berada dalam naungan pemerintah. Ujian ini bertujuan untuk mengawasi kualitas penyelenggaraan pendidikan dan bermaksud untuk mengukur kompetensi murid yang akan menyelesaikan pendidikan pada satu tingkat lembaga supaya mempunyai standar kualitas minimal yang relative sama secara nasional. Pelaksanaan UAN di sekolah agar seorang murisd belajar materi sebagaimana dikehendaki oleh kurikuluk sehinggga segala aspek kepribadiannya dapat berkembang secara maksimal dan optimal, sesuai dengan rancangan kurik
  Meskipun demikian, tidak semua pertumbuhan dan perkembangan kepribadian murid itu berkembang semata karena kurikulum, tetapi boleh jadi perkembangan itu melalui interaksi antara satu murid dengan lainnya, atau dengan gurunya, bahkan dengan lingkungannya. Interaksi seorang murid dengan lingkungan sosialnya misalnya (murid atau guru) akan mengembagkan sikapnya untuk dapat menerima kehadiran pihak lain disamping dirinya. Interaksi dengan lingkungannya memungkinkan murid untuk dapat mengadaptasikan dirinya dengannya agar dapat mengelola lingkungannya sedemikian rupa untuk tujuan hidupnya dan sebagainya.Interaksi demikian barangkali tidak dicantumkan secara jelas dalam kurikulum, tetapi manakala seorang pemimpin sekolah atau guru memikirkan hal demikian maka kejaian seperti itu masuk dalam hiden kurikulum (hidden curriculum)
Suatu keniscayan yang sulit untuk dipungkiri bahwa di sekolah murid dilatih dengan disiplin yang lebih ketat dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya (keluarga atau masyarakat), sehingga ia haus sekolah pada hari-hari dan jam-jam tertentu dan libur pada hari-hari tertentu sekolah dianggap sebagai suatu lingkungan yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-muridnya, lebih-lebih dikaitkan dengan pengadaan sumber daya manusia yang berkualitas untuk dapat bersaing secara global. Maka pembangunan sekolah dianggap sebagai investasi yang prospektif demi menyongsong kemajuan bangsa.

E.        Pendidikan dalan Lingkungan Masyarakat
Secara sederhana masyarakat adalah kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan dan agama.Setiap masyarakat mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu.Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan yang menunjang pendidikan keluarga dan sekolah. Masyarakat besar pengaruhnya dalam member arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya ( Drajat, 1992). Semua anggota masyarakat memikul tanggung jawab membina, memakmurkan, memperbaikimemikul tanggung jawab membina, memakmurkan, memperbaiki, mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang makruf melarang yang mungkar dimana tanggung jawab manusia melebihi perbuatan-perbuatannya dan maksud-maksudnya, sehingga mencakup  masyarakat tempat ia hidup dan alam sekitar yang terjadi di sekelilingnya atauterjadi dari orang lain.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam dalam masyarakat meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasan , pembentukan pengertian (pengetahuan) sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan (Marimba,1980). Dalam perkembangannya , lembaga pendidikan Islam ini, menjadi sarana pengembangan pribadi ke arahn kesempurnaan sebagai hasil dari pengumpulan dan latihan secara terus menerus. Lembaga pendidikan kemasyarakatan Islam dapat mengambil bentuk organisasi kepanduan, perkumpulan pemuda, olahraga, kesenian, remaja masjid, majlis taklim, koperasi dan lain-lain.Semua lembaga seperti ini dapat difungsikan dalam mengemban misi pendidikan Islam (Azra, 1998).
Sosial atau masyarakat, adalah pendidikan tersier yang merupakan pendidikan terakhir, tapi bersifat permanen dengan pendidiknya masyarakat itu sendiri secara sosial, kebudayaan adat istiadat dan kondisi masyarakat setempat sebagai lingkungan material. Lembaga pendidikan  kemasyarakatan contohnya contohnya masjid, surau atau langgar, mushola, madrasah, pondok pesantren, majlis taklim, kursus-kursus, badan badan pembinaan rohani (biro pernikahan, biro konsultasi keagamaan dan sebagainya.
Keterkaitan Antar Lingkungan Pendidikan
  1. Hubungan antara Keluarga dengan Sekolah
Sebagai lingkungan pendidikan yang terorganisasi secara sistematis, sekolah merupakan wadah yang menempatkan anak dalam kelompok-kelompok tertentu berdasarkan tingkat kemampuan dan kesesuaian umur.
Secara intelektual sekolah adalah lingkungan yang secara sistematis melakukan perencanaan pengembangan melalui berbagai pelajaran yang diberikan dalam kurikulum. Orang tua pembimbing dzlzm kehidupan sehari-hari bagi anak berkewajiban mengontrol proses pengembangan anak secara keseluruhan baik perkembangan intelektual dengan memberikn fasilitas dan dukungan keilmuan maupun psikologis dengan menjadi pelndung dan tempat berbagi anak (Ahmadi, 1991).
Cara-cara menjalin kerjasama antara keluarga dengan sekolah:
1.      Kunjungan pihak sekolah (guru) ke rumah anak didik
2.      Kunjungan orang tua ke sekolah.
3.      Casce conference (rapat)
4.      Badan Pembantu Sekolah.
5.      Adanya daftar nilai dan rapor.
  1. Hubungan antara sekolah dan masyarakat
-         Sekolah sebagai mitra masyarakat dalam mernjalankan fungsi pendidikan
Hubungan ini menempatkan sekolah dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang potensial untuk melakukan proses –proses pendidikan
-         Sekolah sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari masyarakat.
Secara lebih terperinci hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut
Sekolah adalah pelayan bagi kebutuhan pendidikan masyarakatnya.
Ketetapan sasaran dan target pendidikan yang ditangani oleh sekolah akan ditentukan oleh kejelasan kontrak antara sekolah sebagai pelayan dan masyarakat sebagai pemesan.
Kualitas hubungan antara keduanya dipengaruhi oleh ikatan-ikatan obyektif  berupa perhatian, penghargaan dan topangan lainnya seperti dukungan financial dan lain-lain ( Tim Dosen IKIP Malang,1980).
Kontribusi yang diberikan oleh sekolah kepada masyarakat meliputihal hal berikut:
·        Mencerdaskan kehidupan masyarakat
·        Memberikan pengaruh perubahan bagi perkembangan masyarakat
·        Melahirkan masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja dilingkungan masyarakat.
       Masyarakat memberikan pengaruh pada sekolah pada hal-hal berikut:
·        Orientasi dan tiujuan pendidikan
Identitas dan dinamika suatu masyarakat akan membawa pengaruh terhadap orientasi dan tujuan sekolah, karena sekolah dilahirkan oleh dan untuk masyarakat. Pengaruh identitas masyarakat terhadap pendidikan dapat dilihat dalam perbedaan program-program pendidikan sekolah diberbagai negara yang masing-masing memiliki identitas yang berbeda-beda.
·        Proses pendidikan di serkolah
Nilai sosial budaya dalam masyarakat bisa menjadi factor-faktor yang menghambat atau mendukung bagii proses belajar mengajar di sekolah. Partisipasi masyarakat bisa berupa material maupun spiritual atau nilai tertentu (Tim Dosen IKIP Malaang, 1980).
  1. Hubungan antara keluarga dan masyarakat
Kontribusi lingkungan masyarakat terhadap pendidikan bagi anakantara lain
·        Berdasarkan dinamika yang terjadi di masyarakat, anak didik mendapatkan pengalaman langsung (firs hand experience)
·        Dalam masyarakat terdapat banyak sumber belajar yang tidak dimiliki sekolah ataupun keluarga (hasbullah, 2003).
Perbedaan orang tua dan peergroup
Perbedaan dasar : dalam dunia orang dewasa posisi anak selalu dalam posisi subordinat dengan kata lain posisi orang tua selalu di atas sedangkan dalam peergroup, anak mempunyaistatus yang sama dengan diantara yang lain (equal). Jadi peergroup selalu berada di bawah  orangtua, sehingga anak membutuhkan kelompok sendiri karena ada kesamaan dalam segala bidang.
Perbedaan pengaruh: pengaruh peergroup semakin lama semakin penting bagi anakdibanding dengan pengaruh keluarga.
Dengan demikian hubungan antara lingkungan keluarga dan masyarakat dapat dilihat dari dua sisi. Pertama keluarga adalah peletak dasar-dasar pendidikan sosial bagi anak yang di dalamnya terdapat pendidikan akan pandangan hidup dan norma sosial. Kedua, masyarakat adalah wadah pengembangan kemampuaan sosial anak yang di dalamnya terdapat kebudayaan, mobilitas sosial dan peran-peran yanfg bisa dipelajari dan diambil oleh anak.


BAB III
Penutup

Kesimpulan
1.      Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan taraf hidup manusia agar lebih bermanfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain dan masyarakat sekitar.
2.      Lingkungan Pendidikan adalah sebuah tempat atau wadah untuk melakukan interaksi manusia dalam proses pendidikan agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai.
3.      Lingkungan Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.




Daftar Pustaka

-     Ahmadi, A. dan Uhbiyati, N. (2001). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

2 komentar: