MAKALAH
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Makalah
ini disussun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar Pendidikan
Dosen
Pembimmbing Nurhidayah, M.Pd
Disusun
Oleh :
1. Paryati
2. Pujiasih Ambarwati
3. Puji Lestari
PGMI II A
SEKOLAH
TINGGI NAHDLATUL ULAMA (STAINU) KEBUMEN
2013
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1.
Latar Belakang Masalah........................................................... 1
1.2.
Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
1.3.
Manfaat Penulisan..................................................................... 2
1.4. Rumusan Masalah..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3
2.1.
Pengertian Ketatausahaan......................................................... 3
2.2.
Jenis dan Tugas Ketatusahaan................................................... 4
2.3.
Definisi Tenaga Pendidik dan Kependidikan.............................. 10
2.4.
Tujuan Menejemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan............ 11
2.5.
Tugas dan Fungsi Tenaga Pendidik dan Kependidikan............... 12
2.6.
Aktivitas Tenaga Pendidik dan Kependidikan............................ 13
BAB III PENUTUP.................................................................................. 15
3.1.
Kesimpulan.............................................................................. 15
3.2.
Saran....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 16
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah swt yang dimana atas limpahan taufiq, hidayah, inayah,
nikmat kesehatan, keselamatan yang penulis terima sehingga penulis mampu
menyelesaikan penulisan yang berjudul Lingkungan pendidikan walaupun masih jauh
dari kesempurnaan.
Penulisan
makalah ini didasarkan pada tugas dari
dosen yang mengampu mata kuliah Dasar-dasar pendidikan dan juga karena
menelaah permasalahan-permasalaan dunia pendidikan bangsa ini yang semakin
kompleks dengan degradasi intelektual, moral maupun spiritual yang
mengakibatkan kesemrawutan para subjek pendidikan yakni pendidik dan yang
terdidik. Perlu pembenahan segera atas permasalahan ini agar dunia pendidikan
bangsa ini mampu bangun dari tidurnya agar mampu membantu bangsa ini bangkit
dari ketenggelaman arus global sehingga nantinya mampu untuk berenang dalam
arus gobal. Hal ini tentulah beralasan karena perndidikan dapat dijadikan
sebuah tolak ukur kemajuan suatu bangsa yakni apabila pendidikan maju maka
bangsa itu pun maju namun juga sebaliknya.
Kesempurnaan
dari makalah ini tentulah masih belum tercapai, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya nantinya makalah ini dapat
menjadi lebih baik dari sebelumnya.
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang selalu ingin
hidup berdampingan dengan lingkungannya, baik dengan lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Lingkungan merupakan tempat berlangsungnya pendidikan, dalam
Sistem Pendidikan Nasional dikenal tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan
pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah, dan lingkungan pendidikan
masyarakat.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian lingkungan pendidikan ?
2.
Bagaimana
pendidikan dalam lingkungan keluarga ?
3.
Bagaimana
lingkungan pendidikan sekolah ?
4.
Bagaimana
peran pendidikan dalam lingkungan masyarakat ?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mangetahui lingkungan apa saja yang mempengaruhi proses pendidikan.
2.
Untuk
mengetahui fungsi atau peranan lingkungan keluarga dalam pendidikan anak.
3.
Untuk
mengetahui fungsi dan tujuan lingkungan sekolah dalam pendidikan anak.
4.
Untuk
mengetahui fungsi dan tujuan lingkungan masyarakat dalam pendidikan anak.
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan suatu keadaan atau berupa
tempat yang memungkinkan terjadinya pendidikan. Karena
pendidikan merupakan interaksi manusia, maka yang dimaksud dengan lingkungan
pendidikan adalah suatu tempat
dimana memungkinkan terjadinya suatu interaksi manusia dalam prosespendidikan
dan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Lingkungan
pendidikan secara garis besarnya oleh Ki Hajar Dewantoro dibagi menjadi tiga
yang disebut Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat.Hal itu sejalan dengan dinyatakan oleh Langeveld bahwa yang
bertanggung jawab dalam pendidikan adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat
(Tirtahardja, 2004).
Lingkungan
pendidikan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap peserta didik.
Perbedaan pengaruh tersebut tergantung jenis lingkungan pendidikan tempat
peserta didik terlibat di dalamnya. Hal ini karena masing-masing lingkungan pendidikan memiliki situasi sosial
yang berbeda-beda. Situasi sosial yang dimaksud meliputi faktor perencanaan,
sarana, dan sistem pendidikan pada masing-masing jenis lingkungan.
B.
Fungsi Lingkungan Pendidikan
1. Membantu
peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya baik
lingkungan fisik, sosial dan budaya,
C. Pendidikan
dalam lingkungan keluarga
1) Pengertian
keluarga
Secara
etimologis, menurut Ki Hajar Dewantoro (Abu Ahmadi, Nur Unbiyati, 1991) kata
keluarga berasal dari kata kawula dan warga. Kawula berarti “abdi”, yakni
“hamba” dan warga berarti anggota.Sebagai abdi di dalam keluarga wajiblah
seseorang menyerahkan segala kepentingan-kepentingannya kepada keluarganya.
Secara
umum keluarga merupakan suatu lembaga yang terdiri atas suami istri dan
anak-anaknya yang belum menikah, hidup
dalam sebuah kelompok berdasarkan ikatan tertentu, bertempat tinggal sama, yang
ditandai dengan adanya kerjasama ekonomi, memilki fungsi mendidik anak sehingga
anak berkembang dengan baik.
Lingkungan
keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama dan pertama bagi anak, karena
di sinilah anak mengenal dunia pertama kalinya. Kemudian disebut sebagai
lingkungan pendidik yang utama bagi
anak, karena keberhasilan pendidik anak dalam keluarga ketika anak dalam usia
dini atau (golden age), akan sangat berpengaruh pada keberhasilan pendidikan
pada periode perkembangan anak berikutnya. Karena itulah keluarga dipandang
sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.
2) Fungsi
Keluarga
·
Fungsi Edukasi
Orang tua secara
kodrati langung memikul tenaga sebagai pendidik, baik bersifat sebagai
pemelihara, pengasuh, pembimbing, maupun sebagai guru dan pemimpin terhadap
anak-anaknya.
·
Fungsi Sosialisasi
Keluarga menjadi
penghubung anak dengan kehidupan social, dengan pembiasaan nilai-nilai
norma-norma social yang berlaku dalam masyarakat.
·
Fungsi Proteksi (Perlindungan)
Keluarga berfungsi
sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman, damai, dan tentram bagi seluruh
anggota kelurga sehingga terpenuhi kebahagiaan batin dan juga secara fisik.
·
Fungsi Afeksi (Perasaan)
Keluarga sebagai tempat
untuk menumbuhkan-kembangkan rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungan.
·
Fungsi Religius
Keluarga berkewajiban
memperkenalkan dan mengajak anak kepada kehidupan beragama.
·
Fungsi Ekonomi
Keluarga sebagai tempat
pemenuhan kebutuhan ekonomi, fisik dan materil yang sekaligus mendidik keluarga
hidup efisien, ekonomis dan rasional.
3) Keluarga
sebagai Lingkungan Pendidikan
Keluarga
merupakan tempat yang subur dan efektif bagi pendidikan watak dan budi pekerti,
seperti kejujuran, keadilan, keberanian, dan sebagainya.Keluarga juga membina
dan mengembangkan persaan soaial anak, seperti hidup hemat, menghargai
kebenaran, tenggang rasa, dan sebagainya.
Oleh
karena itu, keluarga sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranan penting dalam
membentuk generasi muda.Keluarga disebut juga lembaga pendidikan informal,
pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang tidak diorganisasikan
secara structural dan tidak mengenal penjenjangan kronologis menurut tingkatan
umum maupun tingkatan keterampilan dan pengetahuan.
4) Peranan
Anggota Keluarga dalam Pendidikan Anak
Ø Peranan
Ibu
Ibu
dalam keluarga merupakan orang yang pertama kali berinteraksi dengan anaknya,
pengalaman anak dengan ibunya akan sangat terkesan seumur hidupnya atas
perlindungan, pemeliharaan dan dorongan serta kasih sayangnya.
Dari
seorang ibu diharapkan ia menghadapi anaknya dengan penuh kasih sayang,
sehingga dikatakan bahwa “ibu berperan
sebagai lambing kasih sayang”
Ø Peranan
Ayah
Seorang
ayah mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya terhadap pembentukan
kapribadian anak.Anak memandang ayahnya sebagai orang paling bearani, paling
perkasa.Kegiatan sehari-hari yang dilakukan ayah sangat berpengaruh besar
kepada ayahnya.
Jadi
hendaknya seorang ayah mempunyai kesadaran bahwa ia turut bertanggung jawab
dalam pejagaan, perawatan, dan pemeliharaan serta pendidikan anak-anaknya
bersama seorang ibu.
D. Pendidikan dalam Lingkungan Sekolah
Sekolah memegang peranan penting dalam
pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak.Karena itu disamping
keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat
pendidikan untuk pembentukan kepribadian anak. Karena sekolah itu sengaja
disediakan atau dibangun khusus untuk tempat pendiddikan, dapatlah ia
digolongkan sebagai tempat atau lembaga pendidikan kedua setelah keluarga,
lebih-lebih mempunyai fungsi melanjutkan pendididkan keluarga dengan guru
sebagai ganti orang tua yang harus ditaati (Ahmadi, 1991).
Pendidikan di sekolah, biasanya disebut
sebagai pendidikan formal karena ia adalah pendidikan yang mempunyai dasar,
tujuan, isi, metode, alat-alatnya disusun secara eksplisit, sistematis dan
distandarisasikan (Azra, 1998).
Penjabaran fungsi sekolah sebagai pusat
pendidikan formal, terlihat pada tujuan institsional, yaitu tujuan kelembagaan
pada masing-masing jenis dan tingkatan sekolah. Di Indonesia lembaga pendidikan
formal pra sekolah meliputi: Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan
Sekolah Menengah Atas yang terdiri dari Sekolah Menengah Umum dan Kejuruan,
serta Perguruan Tinggi dengan aneka ragam bidangnya. Tujuan institusional untuk
masing-masing tingkat atau jenis pedidikan, pencapainya ditopang oleh
tujuan-tujuan kirikuler dan tujuan instruksional.
Sekolah hendaknya memberikan pendidikan
keagamaan, ahlak sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Pendidikan agama yang
diberikan jangan bertentangan dengan pendidikan agama yang telah diberikan
keluarga, karena si anak akan diharapkan dengan pertentangan nilai-nilai,
sehingga mereka akan bingung dan kehilangan kepercayaan. Guru adalah pendidik
professional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul tanggung jawab pendidikan yang dipikul orang tua (Daradjat, 1992).
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
menerima fungsi pendidikan berdasarkan asas-asas tanggung jawab berikut ini:
·
Tanggung
jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan
menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku (undang-undang pendidikan).
·
Tanggung
jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendidikan yang
dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan Negara.
·
Tanggung
jawab fungsional ialah tanggung jawab profesional pengelola dan pelaksana
pendidikan (para guru dan pendidik) yang menerima ketetapan ini berdasarkan
ketentuan-ketentuan jabatannya. Tanggung jawab ini merupakan pelimpahan
tanggung jawab dan keercayaan orang tua (masyarakat) kepada sekolah dari para
guru (Tim Dosen IKIP Malang, 1988)
Sekolah yaitu pendidikan sekunder yang mendidik anak mulai dari usia msuk sekolah
sampai ia keluar sekolah dengan pendidikannya (guru) yang mempunyai kompetensi
professional, personal, sosial dan pedagogik. Persekolahan seringkali
diidentifikasikan sebagai lembaga pendidikan formal, sebagai akibat
persekilahan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan yang pengelolaannya
dengan aturan yang lebih ketat dibandingkan dengan lembaga lainnya.Sekolah
sebagai tempat pendidikan formal, pembinaan dan pengembangan kepribadian anak
di sekolah diorientasikan pada tujuan tertentu sesuai dengan visi, misi dan
tujuan sekolah, diantaranya diorientasikan kepada kehidupan masyarakat dalam
rangka menumbuhkan nilai-nilai budaya yang ada pada masyarakat disekitarnya.
Sekolah sebagai pendidikan formal dirancang
sedemikian rupa agar lebih efektif dan lebih efisien, yaitu bersifat klasikal
dan berjenjang.Sistem klasikal memungkin beberapa/sejumlah anak belajar bersama
dan dipimpin oleh seseorang arua beberapa orang guru sebagai fasilator. Sebagai
konsekuensinya mereka menerima materi yang sama. Untuk itu, pada suatu kelas
biasanya murid-muridnya mempunyai kemampuan yang relatif sama dari kelompok
umur yang hampir sama pula.
Pada dasarnya sekolah sekarang sudah tidak
disekay oleh tembok atau gedung karena sumber belajar yang dipergunakan di
sekolah sudah beragam dari sesuatu yang dapat dibawa ke dalam kelas sampai
ssuatu yang hanya bisa dikunjungi oleh anak karena tidak mungkin dibawa ke
dalam kelas, seperti museum, gunung, hutan, pantai dan lain sebagainya.
Sekolah memiliki ciri jenjang, antara lain:
·
Jenjang
Lembaga
Sekolah dirancang dengan berbagai tingkatan,
dari Taman Kanak-Kanak (TK), sampai Perguruan Tinggi (PT).Sebagian dikelola
oleh Departemen Pendidikan Nasional dan sebagian lainnya dikelola oleh
Departemen Agama.
·
Jenjang
Kelas Disamping berjenjang ke atas mnurut tingkatan
lembaga, juga berjenjang menurut tingkatan kelas. Seperti pada jenjang lembaga,
murid hanya bisa mengikuti pendidikan pada kelas yang lebih tinggi bilamana ia
telah dapat menyelesaikan pendidikannya di tingkat sebelumnya. Jenjang kelas
ini bervariasi.Pada tingkat SD/MI terdiri dari enam kelas, SMP/MTS tiga kelas,
dan SMA/MA termasuk sekolah yang sederajat tiga kelas.Sedangkan pada jenjang PT
tidak ditentukan oleh jenjang kelas, tetapi sejauh mana mahasiswa dan mahasiswi
dapat menyelesaikan pendidikannya sesuai dengan kecepatannya.Setiap mahasiswa
dan mahasiswi diberi kesempatan untuk memilih mata kuliah dan dosen secara
mandiri.Masing-masing mata kuliah diberi bobot sendiri-sendiri yang disebut
dengan Stuan Kredit Semester (SKS).Ada mata kuliah yang berbobot 2 sks, 3 sks,
4 sks, 5 sks, 6 sks, 7 sks, dan 8 sks.Mahasiswa dan mahasiswi hanya
diperkenankan mengambil maksimal 24 sks.Apabila mahasiswa dam mahasiswi
mendapatkan kesempatan untuk menempuh 24 sks, maka jumlah sks itu dibagi dengan
jumlah sks masing-masing mata kuliah. Dengan demikian akan diperoleh jumlah
mata kuliah yang akan ditempuh dalam satu semester. Apabila jumlah mata kuliah
yang ditempuh dalam satu semester itu mendapatkan nilai baik ia dapat
mempertahankan jumlah sks maksimal untuk semester berikutnya. Akan tetapi bila
nilai yang diperolehnya kurang baik, jumlah sks yang diperkenankan diambil pada
semester berikutnya dikurangi. Konsekuensi dari sistem seperi ini, adalah bahwa
setiap mahasiswa dan mahasiswi yang dapat menyelesaikan jumlah maksimal sks
setiap semester, dampaknya ia akan cepat selesai karena setiap semester ia
mendapatkan jatah sks yang banyak. Disisi lain apabila setiap semester ia
mendapat nilai kurang baik, ia hanya diperkenankan mengambil jumlah sks
sedikit, sehingga berakibat penyelesian studinya lebih lama.
Sistem
pembelajaran pada masing-masing jenjang sebagaimana tersebut di atas telah
ditentukan muatan materi, desain, strategi pembalajaran yang disebut dengan
kurikulum masing-masng level atau jenis sekolah mempunyai kurikulum sendiri
yang berbeda antara satu sama lain. Dengan memperhatikan asupan kurikulum ini,
seorang anak akan berpindah ke tempat lembaga atau jenjang pendidikan lainnya
sesuai dengan kompetensi yang pernah dicapainya sesuai dengan muatan
kurikulumnya. Sebaiknya anak yang tidak dapat menyelesaikan suatu tingkat/jenis
pendidikannya dapat megulang kembali pada jenjang yang pernah ditempunya sampai
ia menguasai kompetensi yang dipersyaratkan oleh jenjang di jenis sekolah itu.
Evaluasi intuk mengukur kemampuan murid untuk
menyelesaikan pendidikannya pada suatu jenjang atau jenis pendidikan dilakukan
melalui tiga cara, yaitu:
Formatif,
dilakukan setiap selesai satu sesi pembelajaran. Sumatif, yang dilakukan setiap semester, atau setiap tahun.
Untuk evaluasi yang diselenggarakan setiap tahun ini disebut
dengan Evaluasi Tahap Akhir (EBTA).
UAN (Ujian Akhir Nasional), adalah evaluasi
yang diselenggarakan pada sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah (sekolah
negeri atau sekolah swasta) yang berada dalam naungan pemerintah. Ujian ini
bertujuan untuk mengawasi kualitas penyelenggaraan pendidikan dan bermaksud
untuk mengukur kompetensi murid yang akan menyelesaikan pendidikan pada satu
tingkat lembaga supaya mempunyai standar kualitas minimal yang relative sama
secara nasional. Pelaksanaan UAN di sekolah agar seorang murisd belajar materi
sebagaimana dikehendaki oleh kurikuluk sehinggga segala aspek kepribadiannya
dapat berkembang secara maksimal dan optimal, sesuai dengan rancangan
kurik
Meskipun demikian, tidak semua pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian murid itu berkembang semata karena kurikulum, tetapi
boleh jadi perkembangan itu melalui interaksi antara satu murid dengan lainnya,
atau dengan gurunya, bahkan dengan lingkungannya. Interaksi seorang murid
dengan lingkungan sosialnya misalnya (murid atau guru) akan mengembagkan
sikapnya untuk dapat menerima kehadiran pihak lain disamping dirinya. Interaksi
dengan lingkungannya memungkinkan murid untuk dapat mengadaptasikan dirinya
dengannya agar dapat mengelola lingkungannya sedemikian rupa untuk tujuan
hidupnya dan sebagainya.Interaksi demikian barangkali tidak dicantumkan secara
jelas dalam kurikulum, tetapi manakala seorang pemimpin sekolah atau guru
memikirkan hal demikian maka kejaian seperti itu masuk dalam hiden kurikulum
(hidden curriculum)
Suatu
keniscayan yang sulit untuk dipungkiri bahwa di sekolah murid dilatih dengan
disiplin yang lebih ketat dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya
(keluarga atau masyarakat), sehingga ia haus sekolah pada hari-hari dan jam-jam
tertentu dan libur pada hari-hari tertentu sekolah dianggap sebagai suatu
lingkungan yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-muridnya,
lebih-lebih dikaitkan dengan pengadaan sumber daya manusia yang berkualitas
untuk dapat bersaing secara global. Maka pembangunan sekolah dianggap sebagai
investasi yang prospektif demi menyongsong kemajuan bangsa.
E.
Pendidikan dalan Lingkungan Masyarakat
Secara sederhana masyarakat adalah kumpulan
individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan dan agama.Setiap
masyarakat mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan
tertentu.Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan yang menunjang pendidikan
keluarga dan sekolah. Masyarakat besar pengaruhnya dalam member arah terhadap
pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di
dalamnya ( Drajat, 1992). Semua anggota masyarakat memikul tanggung jawab
membina, memakmurkan, memperbaikimemikul tanggung jawab membina, memakmurkan,
memperbaiki, mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang makruf melarang yang
mungkar dimana tanggung jawab manusia melebihi perbuatan-perbuatannya dan
maksud-maksudnya, sehingga mencakup
masyarakat tempat ia hidup dan alam sekitar yang terjadi di sekelilingnya
atauterjadi dari orang lain.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami
seseorang dalam dalam masyarakat meliputi segala bidang, baik pembentukan
kebiasaan-kebiasan , pembentukan pengertian (pengetahuan) sikap dan minat,
maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan (Marimba,1980). Dalam perkembangannya
, lembaga pendidikan Islam ini, menjadi sarana pengembangan pribadi ke arahn
kesempurnaan sebagai hasil dari pengumpulan dan latihan secara terus menerus.
Lembaga pendidikan kemasyarakatan Islam dapat mengambil bentuk organisasi
kepanduan, perkumpulan pemuda, olahraga, kesenian, remaja masjid, majlis
taklim, koperasi dan lain-lain.Semua lembaga seperti ini dapat difungsikan
dalam mengemban misi pendidikan Islam (Azra, 1998).
Sosial atau masyarakat, adalah pendidikan
tersier yang merupakan pendidikan terakhir, tapi bersifat permanen dengan
pendidiknya masyarakat itu sendiri secara sosial, kebudayaan adat istiadat dan
kondisi masyarakat setempat sebagai lingkungan material. Lembaga
pendidikan kemasyarakatan contohnya
contohnya masjid, surau atau langgar, mushola, madrasah, pondok pesantren,
majlis taklim, kursus-kursus, badan badan pembinaan rohani (biro pernikahan,
biro konsultasi keagamaan dan sebagainya.
Keterkaitan Antar Lingkungan Pendidikan
- Hubungan antara Keluarga dengan Sekolah
Sebagai lingkungan pendidikan yang
terorganisasi secara sistematis, sekolah merupakan wadah yang menempatkan anak
dalam kelompok-kelompok tertentu berdasarkan tingkat kemampuan dan kesesuaian
umur.
Secara intelektual sekolah adalah lingkungan
yang secara sistematis melakukan perencanaan pengembangan melalui berbagai
pelajaran yang diberikan dalam kurikulum. Orang tua pembimbing dzlzm kehidupan
sehari-hari bagi anak berkewajiban mengontrol proses pengembangan anak secara
keseluruhan baik perkembangan intelektual dengan memberikn fasilitas dan
dukungan keilmuan maupun psikologis dengan menjadi pelndung dan tempat berbagi
anak (Ahmadi, 1991).
Cara-cara menjalin kerjasama antara keluarga
dengan sekolah:
1. Kunjungan pihak sekolah (guru) ke rumah anak
didik
2. Kunjungan orang tua ke sekolah.
3. Casce conference (rapat)
4. Badan Pembantu Sekolah.
5. Adanya daftar nilai dan rapor.
- Hubungan antara sekolah dan masyarakat
-
Sekolah
sebagai mitra masyarakat dalam mernjalankan fungsi pendidikan
Hubungan ini menempatkan sekolah dan
masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang potensial untuk melakukan proses
–proses pendidikan
-
Sekolah
sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari masyarakat.
Secara lebih terperinci hal tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut
Sekolah adalah pelayan bagi kebutuhan
pendidikan masyarakatnya.
Ketetapan sasaran dan target pendidikan yang
ditangani oleh sekolah akan ditentukan oleh kejelasan kontrak antara sekolah
sebagai pelayan dan masyarakat sebagai pemesan.
Kualitas hubungan antara keduanya dipengaruhi
oleh ikatan-ikatan obyektif berupa
perhatian, penghargaan dan topangan lainnya seperti dukungan financial dan
lain-lain ( Tim Dosen IKIP Malang,1980).
Kontribusi yang diberikan oleh sekolah kepada
masyarakat meliputihal hal berikut:
·
Mencerdaskan
kehidupan masyarakat
·
Memberikan
pengaruh perubahan bagi perkembangan masyarakat
·
Melahirkan
masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja dilingkungan
masyarakat.
Masyarakat memberikan
pengaruh pada sekolah pada hal-hal berikut:
·
Orientasi
dan tiujuan pendidikan
Identitas dan dinamika suatu masyarakat akan
membawa pengaruh terhadap orientasi dan tujuan sekolah, karena sekolah
dilahirkan oleh dan untuk masyarakat. Pengaruh identitas masyarakat terhadap pendidikan
dapat dilihat dalam perbedaan program-program pendidikan sekolah diberbagai
negara yang masing-masing memiliki identitas yang berbeda-beda.
·
Proses
pendidikan di serkolah
Nilai sosial budaya dalam masyarakat bisa
menjadi factor-faktor yang menghambat atau mendukung bagii proses belajar
mengajar di sekolah. Partisipasi masyarakat bisa berupa material maupun
spiritual atau nilai tertentu (Tim Dosen IKIP Malaang, 1980).
- Hubungan antara keluarga dan masyarakat
Kontribusi lingkungan masyarakat terhadap pendidikan
bagi anakantara lain
·
Berdasarkan
dinamika yang terjadi di masyarakat, anak didik mendapatkan pengalaman langsung
(firs hand experience)
·
Dalam
masyarakat terdapat banyak sumber belajar yang tidak dimiliki sekolah ataupun
keluarga (hasbullah, 2003).
Perbedaan orang tua dan peergroup
Perbedaan dasar : dalam dunia orang dewasa
posisi anak selalu dalam posisi subordinat dengan kata lain posisi orang tua
selalu di atas sedangkan dalam peergroup, anak mempunyaistatus yang sama dengan
diantara yang lain (equal). Jadi peergroup selalu berada di bawah orangtua, sehingga anak membutuhkan kelompok
sendiri karena ada kesamaan dalam segala bidang.
Perbedaan pengaruh: pengaruh peergroup semakin
lama semakin penting bagi anakdibanding dengan pengaruh keluarga.
Dengan demikian hubungan antara lingkungan
keluarga dan masyarakat dapat dilihat dari dua sisi. Pertama keluarga adalah
peletak dasar-dasar pendidikan sosial bagi anak yang di dalamnya terdapat
pendidikan akan pandangan hidup dan norma sosial. Kedua, masyarakat adalah
wadah pengembangan kemampuaan sosial anak yang di dalamnya terdapat kebudayaan,
mobilitas sosial dan peran-peran yanfg bisa dipelajari dan diambil oleh anak.
Penutup
Kesimpulan
1.
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan taraf hidup manusia agar lebih bermanfaat, baik untuk dirinya
sendiri maupun orang lain dan masyarakat sekitar.
2.
Lingkungan Pendidikan adalah sebuah
tempat atau wadah untuk melakukan interaksi manusia dalam proses pendidikan
agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai.
3.
Lingkungan Pendidikan dapat dilakukan di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Daftar Pustaka
- Ahmadi,
A. dan Uhbiyati, N. (2001). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
rujukannya mana ?
BalasHapusmaksudnya footnote nya gak ada?
BalasHapus