MAKALAH
CERITA RAKYAT
KISAH CINTA DEWI
SULASTRI
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen
: Komper Wardopo
Disusun oleh : Paryati
Nim : 10212487
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL
ULAMA
(STAINU) KEBUMEN
TAHUN AKADEMIK 2012 /
2013
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. ii
DAFTAR
ISI …………………...…………………………………………………... iii
BAB
I PENDAHULUAN ……………………………………………………………1
a. Latar
belakang masalah ………………………………………………. 1
b. Rumusan
masalah………………………………………………………..2
c.
Tujuan ………………………………………………………………… 2
BAB
II PEMBAHASAN …………………………………………………......……....3
a.
Pengertian cerita
rakyat………………………………………………….4
b.
Jenis-jenis cerita rakyat…………………………………………………..4
c.
Fungsi cerita
rakyat………………………………………………………….
d.
Isi cerita Kisah Cinta Dewi Sulastri
…………………………………….
e.
Kajian struktur Kisah Cinta Dewi
Sulastri………………………………..
f.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Kisah
Cinta Dewi Sulastri…………..
BAB
III
PENUTUP……………………………………………………………...…..
12
a.
Kesimpulan…………………………………………………………………
b. Saran
………………………………………………………………………
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………. 13
LAMPIRAN....................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat hidayah dan karunia-Nya saya
berhasil menyelesaikan makalah tugas ini.Tugas ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah bahasa Indonesia semester 1 program
S-1 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah tentang cerita rakyat di sekitar kita.
Saya telah melakukan penelitian di kecamatan Puring. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih
setulus-tulusnya atas segala dukungan, bantuan, dan bimbingan dari beberapa
pihak selama proses penelitian ini dan juga selama proses penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari
bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu
saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa
mendatang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
banyak pihak terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Kebumen, 10 Desember 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Salah satu kekayaan daerah yang seharusnya diangkat
atau dilestarikan adalah khazanah cerita lisan atau cerita rakyat atau biasa
disebut juga folkfor. Oleh karena itu
cerita
rakyat itu menjadi memori kolektif masyarakat lokal di daerah setempat.
Tersebar diberbagai tempat dan belum semuanya terdokumentasi secara baik.
Padahal cerita rakyat merupakan salah satu sumber kekayaan tradisi lisan yang
perlu terus diungkap, digali, dilestarikan dan bahkan label budaya masyarakat.
Itulah sebabnya setiap daerah perlu menggali dan
meruntut kembali cerita rakyat yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian
berbagai kisah masa lalu yang berkembang di masyarakat dapat diungkap dan
disajikan sebagai salah satu khazanah dan aset daerah, tentunya cerita rakyat juga
mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan masa kini.
Namun dengan berkembangnya zaman maka terjadi
perubahan-perubahan pola pikir manusia tradisional ke modern sehingga bukan
perkara mudah untuk mewujudkannya. Banyak kendala di masyarakat karena
modernisasi dan berkembangnya teknologi informasi contohnya televisi, internet, VCD, permainan
game dan lain lain,serta ketidak pedulian masyarakat membuat cerita rakyat kurang diminati
sehingga lambat laun mulai punah. Padahal bila kita ketahui sesungguhnya banyak
ditemukan ajaran kehidupan falsafah, nilai-nilai kearifan lokal, ajaran
kebijaksanaan sehingga sarat dengan nilai-nilai moral yang positif sehingga
nilai pendidikan (edukasi) yang sesuai latar belakang kehidupan mereka.
Di sinilah sebenarnya perlu ditumbuhkan kesadaran
dan upaya terus menerus mengenalkan
sastra daerah beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kepada generasi
mendatang melalui kisah bertutur, membaca,bercerita atau mendongeng di
lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah. Oleh karena itu perlu kajian, penilaian, serta identifikasi
berbagai cerita rakyat di Kebumen. Bahkan diharapkan perlu diterbitkan menjadi buku
sehingga dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan sastra daerah. Hal inilah
yang melatar belakangi perlunya kajian terhadap salah satu cerita rakyat di
Kebumen terutama dikaji dari aspek nilai dan pendidikan.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Pengertian
cerita rakyat.
2. Apakah
fungsi dari cerita rakyat ?
3. Jenis-jenis
cerita rakyat.
4. Bagaimanakah
isi cerita rakyat Kisah Cinta Dewi Sulastri?
5. Bagaimanakah kajian struktur cerita Kisah Cinta Dewi
Sulastri?
6. Nilai-nilai
apakah yang terkandung dalam cerita Kisah Cinta Dewi Sulastri?
C. Tujuan
penelitian
Penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui
cerita rakyat di daerah sekitar kita.
2. Mempopulerkan
kembali cerita rakyat di sekitar kita.
3. Mengidentifikasi
cerita rakyat di daerah kita.
4. Untuk
menambah wawasan pengetahuan kita.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
cerita rakyat
Legenda atau cerita
rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang
memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah
yang dimilki masing-masing bangsa.
Ada beberapa pengertian mengenai arti kata dari
legenda yang dikemukakan oleh beberapa ahli legenda (latin legere) adalah
cerita prosa rakyat yang dianggap oleh empunya cerita sebagai sesuatu yang
benar-benar terjadi.
Dalam KBBI 2005,
legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan
peristiwa sejarah.
Cerita rakyat biasanya
disampaikan secara lisan oleh tukang cerita yang hafal alur ceritanya. Itulah
sebabnya cerita rakyat disebut sastra lisan. Cerita disampaikan oleh tukang
cerita sambil duduk-duduk di suatu tempat kepada siapa saja, anak-anak dan
orang dewasa (Djamaris, 1993:6).
Jadi cerita rakyat
adalah bagian dari karya sastra berupa dongeng-dongeng atau bentuk cerita
lainnya yang berkembang di kalangan masyarakat tertentu dan disebarluaskan
secara lisan dengan menggunakan bahasa daerah masing-masing. Karena cerita
rakyat merupakan bagian dari karya sastra, maka dalam kebudayaan cerita itu
termasuk dalam salah satu unsur kebudayaan. Cerita rakyat merupakan salah satu
perwujudan atau pikiran kelompok masyarakat pendukungnya
B. Fungsi
cerita rakyat
Menurut
Izy Prasetya bila mempelajari dengan seksama, ternyata cerita rakyat yang hidup
di kalangan masyarakat itu memiliki fungsi bermacam-macam. Setidaknya cerita
rakyat memiliki tiga fungsi, yaitu :
- Fungsi sarana hiburan yaitu dengan mendengarkan cerita rakyat sepeti dongeng, mite atau legenda, kita sekan-akan diajak berkelana ke alam lain yang tidak kita jumpai dalam pengalaman hidup sehari-hari.
- Fungsi sarana pendidikan yaitu pada dasarnya cerita rakyat ingin menyampaikan pesan atau amanat yang dapat bermanfaat bagi watak dan kepribadian para pendengarnya.
- Fungsi sarana penggalang rasa kesetiakawanan diantara warga masyarakat yang menjadi pemilik cerita rakyat tersebut.
- Fungsi lain lagi dari cerita rakyat adalah sebagai pengokoh nilai-nilai sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat. Dalam cerita rakyat terkadang ajaran-ajaran etika dan moral bisa dipakai sebagai pedoman bagi masyarakat. Di samping itu di dalamnya juga terdapat larangan dan pantangan yang perlu dihindari. Cerita rakyat bagi warga masyarakat pendukungnya bisa menjadi tuntunan tingkah laku dalam pergaulan sosial.
C. Jenis-jenis
cerita rakyat
Menurut William R Bascom (dalam
James Danandjaya 1991:50, cerita rakyat dibagi dalam tiga golongan besar
yaitu :
- Mitos (mite) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi setelah dianggap suci oleh empunya. Mite ditokohkan oleh dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwanya terjadi di dunia lain atau bukan di dunia yang sepertikita kenal sekarang ini dan terjadi di masa lampau.
- Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berbeda dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia walaupun adakalanya sifat-sifat luar biasa dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya di dunia yang kita kenal dan waktu terjadinya belum terlalu lama.
- Dongeng adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terkait waktu maupun tempat.
D. Isi
cerita
Kisah cinta Dewi
Sulastri
Cerita rakyat yang mengisahkan
kerajaan Mataram (ringkasan yang dikutip dari http// yang disusun oleh Mustika Aji). Kerajaan
Mataram diawali dari pembagian wilayah yaitu yang menguasai wilayah brang wetan dan brang kulon (bahasa
Jawa sebelah barat dan sebelah timur) diantaranya Kadipaten Pucang Kembar yang
dipimpin oleh Hadipati Citro Kusumo, Kadipaten Bulupitu di pimpin oleh Jaka
Puring dan Kadipaten Karang Gumelem. Cerita ini diawali masa kepemimpinan Kanjeng
Susuhan Sayidin Panotogomo. Dalam cerita
ini yang menjadi lakon adalah sebagian dari wilayah brang kulon .
Pada waktu itu Hadipati Pucang
Kembar mempunyai putri yang cantik jelita bernama Dewi Sulastri. Hadipati
Bulupitu Raden Jaka Puring terkenal sakti mandraguna tetapi belum punya istri
dan dia menderita cacat yaitu bibirnya tebal sebelah (istilah Jawa mengrot) dan
kakinya pincang mendengar bahwa di Kadipaten Pucang Kembar ada seorang putri
cantik anak dari Hadipati Citro Kusumo maka Jaka puring ingin mempersuntingnya
sebagai istri.
Dan setelah Raden Jaka Puring
melihat kecantikan Dewi Sulastri ia lalu melamarnya namun belum diterima atau
masih ditangguhkan karena Jaka Puring adalah seorang pemuda yang cacat maka ia
disuruh menunggu dan dipersilahkan untuk tinggal sementara di Pucang Kembar.
Tidak lama kemudian datanglah
seorang pemuda tampan dari Kadipaten Karang Gumelem bernama Raden Jono yang
bermaksud hendak melamar pekerjaan di Kadipaten Pucang Kembar sambil mencari
saudara kandungnya yang bernama Raden Wiro Kusumo, namun Sang Hadipati Citro
Kusumo bingung karena tidak ada pekerjaan untuk Raden Jono bersamaan dengan itu
putri Sang Hadipati Citro Kusumo yaitu Dewi Sulastri melihat pemuda tampan itu
maka tertarik hatinya dan mengajukan usul kepada Kanjeng Romonya ( bahasa Jawa
Ayah ) agar Raden Jono diterima bekerja di Kadipaten Pucang Kembar. Akhirnya
Sang Hadipati menerima Raden Jono sebagai juru taman di Kaputren Dewi Sulastri.
Karena sering bertemu antara Raden Jono dan Dewi Sulastri saling jatuh cinta (Pepatah
Jawa mengatakan , ” Witeng Tresno Jalaran Soko Kulino” ).
Sementara dalam penantiannya Raden
Jaka Puring sudah jemu menunggu jawaban dari Dewi Sulastri. Ia merasa curiga
dengan hubungan Dewi Sulastri dan Raden Jono maka sambil menunggu jawaban dari
Dewi Sulastri, Raden Jaka Puring menyuruh Pangeran Usmono Usmani ( adik Dewi
Sulastri ) untuk mengawasi gerak-gerik Dewi Sulastri dan Raden Jono. Berdasarkan
pengamatannya, Pangeran Usmono Usmani melaporkan bahwa Dewi Sulastri telah menjalin
cinta dengan Raden Jono. Mendengar
laporan itu Raden Jaka Puring merasa tersinggung dan mengambil kesimpulan bahwa
dirinya ditolak karena Dewi Sulastri berpacaran dengan Raden Jono. Jaka Puring
marah dan terjadilah perang antara Raden Jono dan Raden Jaka Puring.
Singkat cerita pertempuran yang
tidak seimbang itu membuat Raden Jono kalah dan lari mencari perlindungan ke
Pesanggrahan Pring Ori (kelak bernama desa Ori di wilayah kecamatan Kuwarasan).
Raden Jono minta perlindungan pada Kyai Karyadi dan disuruh sembunyi di dalam
lumbung dan di tutup pakai kapuk (kapas), tidak lama kemudian Raden Jaka Puring
sowan pada Kyai Karyadi dan menanyakan keberadaan Raden Jono namun sang Kyai
membohonginya dan mengatakan bahwa Raden Jono tidak berada di pesanggrahan Pring
Ori. Jaka Puring lalu pulang kembali ke Kadipaten Bulu Pitu.
Setelah Jaka Puring pergi maka Raden
Jono dikeluarkan dari lumbung dan ditanya apa sebabnya Raden Jono dikejar-kejar
oleh Raden Jaka Puring. Raden Jono menceritakan pada Kyai bahwa perjalanannya
ke Pucang Kembar untuk melamar pekerjaan sambil mencari saudara kandungnya
Pangeran Wiro Kusumo setelah tiba di Pucang Kembar diterima sebagai juru taman
dan dicintai oleh Dewi Sulastri . Tapi karena Dewi Sulastri telah jatuh cinta
kepada Raden Jono akhirnya Raden Jaka Puring cemburu dan terjadi pertarungan
antara Raden Jono dan Raden Jaka Puring sampai akhirnya Raden Jono kalah dan
lari ke Pesanggrahan Pring Ori untuk menimba ilmu di pesanggrahan sehingga bisa
mengalahkan Raden Jaka Puring dan memperistri Dewi Sulastri.
Mendengar jawaban dari Raden Jono
sang kyai memberi saran. Untuk mencapai tujuannya Raden Jono harus bersemedi
(bertapa) di bawah pohon besar bernama Wit Benda (Pohon Benda : bahasa Jawa)
dan pohon itu berada di daerah yang angker namun dalam melakukan semedi itu
harus dengan hati yang tulus, suci dan sabar. Pada akhirnya pertapaannya
mendapatkan hasil dari yang Maha Kuasa dengan memperoleh pusaka berupa Bungkul
Kencana (keris : bahasa Jawa).
Dan akhirnya Raden Jono pulang ke
Pucang Kembar bertemu dengan Dewi Sulastri dan ternyata Raden Jaka Puring sudah
berada di Pucang Kembar untuk menanyakan jawaban Dewi Sulastri atas lamarannya Dewi
Sulastri menjawab bahwa dia mau dipersunting oleh siapapun namun ia punya
bebana awujud adon-adongiri patembaya (bahasa jawa permintaan pertarungan) antara
Raden Jono dan Jaka Puring. Maka terjadilah pertarungan sengit antar keduanya
yang dimenangkan oleh Raden Jono maka dikawinkanlah Dewi Sulastri dengan Raden
Jono sedang Raden Jaka Puring lari dan pulang ke Bulu Pitu.
Bersamaan dengan itu Hadipati Pucang
Kembar mendapat surat mandat (nawala) dari Susuhunan Sayidin Panatagama ( Raja
Mataram ) untuk memberantas gerombolan berandal di Gunung Tidar. Akhirnya
Hadipati Pucang Kembar Citro Kusumo memerintahkan menantunya sebagai bukti
pengabdiannya untuk memberantas berandal di Gunung Tidar atau sebagai Duta
Pamungkas. Mendengar berita bahwa Raden
Jono diberi mandat untuk menjadi Duta Pamungkas Raden Jaka Puring yakin bahwa
Raden Jono pasti gugur melawan gerombolan berandal di Gunung Tidar maka Raden
jaka Puring menuju ke Pucang Kembar untuk menemui dan merebut Dewi Sulastri.
Dalam keadaan Dewi Sulastri sendiri
tanpa suami dipaksa oleh Raden Jaka Puring untuk mengikuti kemauan Raden Jaka
Puring menjadi istrinya. Sebagai seorang istri yang setia kepada suami Dewi
Sulastri tidak mau mengkhianati Raden Jono maka akhirnya Raden Jaka Puring
membawa lari dengan paksa Dewi Sulastri keluar dari kaputren. Sementara itu Raden Jono sampai di Gunung
Tidar menjelang malam dan menunggu munculnya gerombolan berandal. Setelah malam
datang akhirnya gerombolan pengacau itu muncul dan bertarunglah Raden Jono
melawan gerombolan yang terkenal bengis dan sakti mandraguna namun dengan
kesaktian dan niat suci pengabdiannya kepada negara dan orang tua serta
berbekal Pusaka Bungkul Kencana akhirnya Raden Jono bisa mengalahkan gerombolan
berandal itu dan membunuh pimpinannya dengan Bungkul Kencana . Dalam keadaan
keris terhunus diperut pimpinan gerombolan itu menyebut-nyebut nama saudara kandungnya.
Ternyata pimpinan dari gerombolan itu Raden Wiro Kusuma yang merupakan
kangmasnya sendiri.
Betapa sedihnya perasaan Raden Jono
memikirkan garis hidupnya yang harus melaksanakan tugas negara dengan
meninggalkan istri tercinta dan ternyata harus membunuh kakak kandungnya
sendiri .
Raden Jono pun pulang ke Pucang
Kembar membawa kemenangan berselimut kesedihan karena harus mengorbankan nyawa
saudara kandungnya yang selama ini sedang dicarinya demi pengabdiannya kepada
mertua dan negara. Sesampai di Pucang Kembar semakin terguncang perasaan Raden
Jono mendapati Dewi Sulastri telah dibawa lari oleh Raden Jaka Puring. Dalam
keadaan lelah dan terguncang Raden Jono pun mengembara mencari keberadaan Dewi
Sulastri menjelajah setiap wilayah sampai akhirnya tiba di pesisir selatan .
Sementara itu pelarian Raden Jaka
Puring membawa Dewi Sulastri juga ke pesisir selatan . Sepanjang perjalanan
Raden Jaka Puring senantiasa merayu Dewi Sulastri agar bersedia malayaninya
namun rasa cinta dan kesetiaannya kepada Raden Jono tetap dipegang teguh oleh
Dewi Sulastri sampai akhirnya Raden Jaka Puring kehilangan kesabarannya dan
akhirnya Dewi Sulastri diikat pada sebuah pohon pandan.
Bersamaan dengan itu perjalanan
Raden Jono sudah sampai di tempat itu namun sebelum ia bertemu dengan Dewi
Sulastri ternyata Raden Jaka Puring telah lebih dulu melihat kedatangannya. Dengan
sekonyong- konyong Raden Jaka Puring menyerangnya sehingga terjadi pertempuran
yang sengit antara Raden Jono melawan Raden Jaka Puring. Dalam pertempuran itu
Raden Jaka Puring terdesak dan kalah lalu melarikan diri ke arah utara. Raden Jono lalu menemui Dewi Sulastri yang
masih terikat di pohon pandan. Terjadi suatu keajaiban bahwa pohon pandan
tempat mengikat Dewi Sulastri berubah warna menjadi kuning sedang pohon pandan yang
lain tetap berwarna hijau. Maka oleh Raden Jono tempat itu diberi nama Pandan
Kuning (kelak menjadi Pesanggrahan Pandan Kuning).
Keajaiban kembali terjadi, setelah
Raden Jono melepas ikatan Dewi Sulastri mereka lalu ditemui oleh Nyi Roro Kidul
(Ratu Pantai Selatan) dan bidadari dari kayangan Dewi Nawang Wulan. Oleh Nyi Roro Kidul Dewi Sulastri disuruh
pulang ke Pucang Kembar dengan perlindungan dari Nyi Roro Kidul dan Dewi Nawang
Wulan. Sedang Raden Jono disuruh mengejar Raden Jaka Puring ke arah utara. Perjalanan
Raden Jono mengejar Raden Jaka Puring ke arah utara masuk ke sebuah hutan lebat
yang banyak ditumbuhi pohon gadung penuh duri sebagai tempat persembunyian
Raden Jaka Puring. Disetiap langkahnya Raden Jono kesrimpet-srimpet wit gadung
(bahasa Jawa terhalang pohon gadung) hampir di setiap pori-pori kulitnya
terselip duri gadung hingga darah bercucuran maka alas atau hutan itu oleh Raden
Jono dinamakan Karanggadung (kelak menjadi desa Karanggadung). Pertarungan itu
terus berlanjut sampai ke beberapa desa yang di lewati dan memberi nama-nama desa-desa tersebut.
1. Desa Munggu ( perasaan mangu-mangu
atau ragu-ragu)
2. Desa Petanahan ( membuat benteng
pertahanan)
3. Desa Pada Urip ( airnya berbau
banger karena bangkai manusia yang mati dan tidak dikubur dengan keajaiban
hidup kembali )
4. Desa Jatimulya ( banyak pohon jati
dan masyarakatnya mulya)
5. Desa Karanggedang ( banyak ditumbuhi
wit gedang atau pisang)
6. Desa Guyangan ( banyak orang sedang
memandikan atau guyang hewan)
7. Desa Alang-alang Amba ( alas yang
berupa alang-alang yang luas)
8. Desa Kuwarasan ( mereka kelelahan
dan bisa bertahan hidup)
9. Kecamatan Puring ( mereka merasa
kesal dan muring-muring)
10. Desa Wedi Gugur ( setiap melangkah
wedinya gugur)
11. Desa Karangbolong ( Raden Jaka
Puring tersungkur dan mengenai karang hingga tembus atau bolong.
Namun Raden Jaka Puring masih
berusaha lari ke utara sampai akhirnya kehabisan tenaga sehingga tergelincir ke
sungai dan pada kesempatan itu Raden Jono menghunus pusaka Bungkul Kencono dan
menancapkanya ke tubuh Raden Jaka Puring dan terjadilah suatu keajaiban Raden
Joko Puring berubah menjadi buaya putih dan melontarkan sumpah serapah kepada
Raden Jono bahwa dia menerima kekalahanya tidak bisa memperistri Dewi Sulastri
dan menerima karma menjadi buaya putih namun bersumpah bahwa setiap keturunan
Raden Jono yang memakai pakaian sama dengan yang dipakai oleh Dewi Sulastri
akan menjadi mangsa atau dimakan oleh buaya putih, pakaian itu adalah mbayak
ijo gadung ( kebayak ), jarit amba lurik (kain/tapih) dan benting tritik
(stagen). Atas kejadian itu oleh Raden Jono tempat itu diberi nama ”Buayan” kelak
menjadi kecamatan Buayan.
Dengan rasa letih dan tubuh yang
penuh luka Raden Jono pulang ke Pucang Kembar membawa rasa suka cita atas
kemenangannya melawan Raden Jaka Puring. Suasana haru meliputi Kadipaten Pucang
Kembar saat pertemuan antara Raden Jono dan Dewi Sulastri beserta keluarga
kadipaten. Akhirnya Raden Jono dinobatkan sebagai Hadipati di Pucang Kembar.
E. Kajian
Struktur Cerita Rakyat
Cerita
rakyat sebagai bagian dari karya sastra memiliki unsur-unsur yang saling
terkait sehingga mendukung kepaduan cerita. Unsur-unsur ini adalah
1. Tema
Tema adalah gagasan
atau ide yang mendasari cerita.
Dalam cerita rakyat
“Kisah Cinta Dewi Sulastri” peristiwa yang diceritakan adalah peristiwa
peperangan antara Raden Jono dan Raden Jaka Puring dalam memperebutkan cinta
Dewi Sulastri dan meriwayatkan asal usul beberapa desa di Kebumen wilayah
barat.
2. Latar
atau setting
Latar atau setting
adalah penggambaran tempat, waktu, dan situasi yang menjadi ruang bagi
tokoh-tokoh untuk hidup dan mengalami berbagai peristiwa.Dalam cerita rakyat
Kisah Cinta Dewi Sulastri latar yang digunakan adalah latar tempat. Di mana
peristiwa-peristiwa dalam cerita digambarkan dengan menempati beberapa tempat.
5. Alur (plot)
Alur adalah kerangka cerita
yang saling menjalin berkaitan erat dengan perjalanan tokoh-tokohnya, dan
terdapat hubungan kausalitas dari peristiwa-peristiwa tokoh, ruang maupun
waktu.
Apabila dicermati dari
isi cerita Kisah Cinta Dewi Sulastri alur yang digunakan adalah alur maju atau
alur lurus. Secara berurutan diceritakan asal usul tokoh cerita dimulai dari
kerajaan Mataram yang dalam cerita fokus kepada brang kulon yaitu dari tokoh
Raden Joko Puring, Raden Jono dan Dewi Sulastri sampai terjadi konflik yaitu
perebutan cinta Dewi Sulastri yang pada akhirnya Raden Jono lah yang memenangkan cinta Dewi
Sulastri dengan memperistrinya melalui peperangan sengit dengan Raden Joko
Puring.
Jadi kejadian atau
peristiwa dalam cerita berjalan secara berurutan dari awal sampai akhir.
6. Tokoh
dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku
dalam cerita, sedangkan penokohan adalah cara pengarang menggambarkan
perwatakan tokoh/pelaku. Tokoh utama dalam cerita Kisah Cinta Dewi Sulastri
adalah pertama Raden Joko Puring yang
memiliki watak pantang menyerah, berkemauan keras, sombong, jahat, pemaksa, serta tidak punya perasaan, yang
kedua yaitu Raden Sujono yang berkarakter pantang menyerah, pekerja keras,
baik, setia, jujur, rela berkorban dan cinta keluarga yang ketiga yaitu Dewi Sulastri di mana Dewi
Sulastri adalah sumber dari terjadinya konflik antara Raden Joko Puring dan
Raden Jono yang memiliki karakter setia,
patuh kepada suami.
Tokoh pendukung cerita
yang ikut dalam cerita yaitu Susuhan Sayidin Panatagama (Raja Mataram), Hadipati Citro Kusumo, Pangeran Usmono Usmani,
kyai Karyadi, Raden Wiro Kusumo, Nyi Roro Kidul dan Dewi Nawang Wulan.
7. Amanat
Amanat
adalah pesan yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca dalam cerita .
Amanat
yang terdapat dalam Kisah Cinta Dewi Sulastri yaitu:
1. Kita
hendaknya tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
2. Kita
hendaknya memiliki sikap pantang menyerah dan berusaha keras.
3. Kita
hendaknya terus menimba ilmu , disertai usaha keras untuk mencapai
keberhasilan.
4. Seorang
pemimpin yang besar harus setia dan mengabdi kepada negaranya.
5. Seorang
istri hendaknya selalu setia kepada suaminya.
6. Kita
mengetahui bahwa kebenaran pasti akan selalu menan.
F. Nilai-nilai
yang terkandung dalam cerita rakyat
Nilai adalah hakikat hal yang
menyebabkan hal tersebut pantas dijalankan oleh manusia (Arijarkora dalam
Evangelis, 2001 : 11). Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa nilai itu sendiri
sesungguhnya berkaitan erat dengan kebaikan, yang membedakannya adalah kebaikan
lebih melekat pada halnya, sedangkan nilai lebih merujuk pada sikap orang
terhadap sesuatu atau hal yang baik.
Menilai berarti menimbang, yaitu
kegiatan manusia menghubungkan sesuatu untuk selanjutnya mengambil keputusan.
Keputusan nilai dapat dikatakan berguna atau tidak berguna, baik atau tidak
baik, religius atau tidak religius. Hal itu dihubungkan dengan unsur-unsur yang
melekat pada diri manusia yaitu jasmani, cipta rasa, dan kepercayaan. Sesuatu
dikatakan bernilai apabila sesuatu itu berguna, benar (nilai kebenaran), indah
(nilai etetis) baik (nilai etis/moral), religius (nilai agama)
1. Nilai
Kearifan Lokal Kisah Cinta Dewi Sulastri yaitu:
a. Nilai
Kepemimpinan
Sikap kemimpinan berupa
keteladanan pada diri tokoh cerita dapat ditemukan dari Kisah Cinta Dewi
Sulastri. Sikap keteladanan itu antara lain perjuangan Raden Jono dalam
memperjuangkan negaranya, tetap setia melindungi istrinya dan menghormati
kepada mertuanya.
b. Nilai
Pengabdian
Nilai pengabdian bisa
diartikan sebagai nilai-nilai yang ada pada diri tokoh. Dalam Kisah Cinta Dewi
Sulastri terdapat nilai pengabdian dari sang tokoh yaitu pengabdian Raden Jono
dalam kepatuhannya terhadap kerajaannya dan mertuanya yaitu Hadipati Citro Kusumo
yang merupakan pemimpin Kadipaten Pucang Kembar. Demi pengabdiannya terhadap
kerajaannya sampai kangmasnya yang selama ini dicari terbunuh di tangannya
sendiri yang diketahui sebagai pemimpin brandal.
c. Nilai
Tradisi dan Budaya
Nilai tradisi dan
budaya dapat ditemukan dalam contoh tempat Pandan Kuning yang dijadikan tempat
pesanggrahan, yang dianggaap memiliki makna tertentu dan sebagainya, dan Karang
Bolong yang selama ini dianggap sebagai tempat kramat
d. Nilai
Sosial
Nilai sosial adalah
nilai kesetiakawanan sosial membantu yang lemah. Dalam Kisah Cinta Dewi Sulastri
dapat ditemukan pada tokoh kyai Karyadi
yaitu mau melindungi, memberikan saran
dan ilmu pada Raden Jono ketika dalam kesusahan.
2. Nilai
Kependidikan
a. Nilai
Kepahlawanan
Dalam cerita Kisah
Cinta Dewi Sulastri terdapat nilai kepahlawanan yaitu pada tokoh Raden Jono
yang mau bekerja apa saja yang penting itu baik, sikap kepahlawanannya rela
berkorban demi kerajaannya, tidak mudah putus asa dan pantang menyerah untuk
dapat mencapai tujuannya dengan disertai usaha keras dengan mencari ilmu.
b. Nilai
Etika dan Moral
Dari cerita ini dapat
diketahui bagaimana etika dan moral ditegakkan terutama yang berkaitan dengan
diri tokoh Raden Jono. Cerita ini meninggalkan pelajaran berharga, bagaimana
tokoh berjuang dari bawah sampai menjadi Hadipati dengan melalui perjuangan
yang hebat dengan usaha keras, pantang menyerah dengan penuh keyakinan tetapi
tidak melupakan pada nilai kearifan lokal dengan berguru mencari ilmu, dan
semedi, menghormati yang lebih tua, menjaga kepercayaan dan nama baik, apabila
kita memiliki cita-cita yang belum tercapai.
c. Nilai
Budi Pekerti
Nilai budi pekerti
berupa ajaran kebaikan, menunjukan mana yang benar dan salah, seperti
nilai-nilai kejujuran, kesopanan, kesetiaan dan sebagainya. Dalam Kisah Cinta
Dewi Sulastri banyak terkandung nilai budi pekerti yang dapat kita jumpai
terutama dari tokoh Raden Jono sifatnya
dapat kita jadikan sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari.
d. Nilai
Religius
Nilai-nilai religius
(keagamaan) yang bersifat kepercayaan, penghormatan kepada leluhur dan
sebagainya bisa ditemukan dalam cerita Kisah Cinta Dewi Sulastri pada masa dulu
yaitu dianggapnya Pandan Kuning sebagai tempat sakral demikian juga dengan
kepercayaann ketika ke laut kita tidak boleh mengenakan pakaian berupa mbayak ijo gadung ( kebayak ), jarit
amba lurik (kain/tapih) dan benting tritik (stagen) karena dipercaya akan
mengakibatkan bencana yaitu menjadi mangsa buaya putih.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam cerita rakyat, bisa
disimpulkan sebagai berikut:
1. Cerita
rakyat Kisah Cinta Dewi Sulastri dapat diklasifikasikan ke dalam legenda,
khususnya legenda setempat dan legenda perorangan.
2. Cerita
rakyat Kisah Cinta Dewi Sulastri memiliki isi dan tema asal usul terjadinya
suatu tempat dan perjalanan atau perjuangan kisah hidup seorang tokoh, alur
maju sehingga dari awal sampai akhir mudah dipahami, latar yang digunakan dalam
adalah latar tempat.
3. Dalam
cerita rakyat Kisah Cinta Dewi Sulastri terkandung nilai-nilai kearifan lokal
yang meliputi nilai kepemimpinan, nilai pengabdian, nilai tradisi, dan nilai
budaya serta nilai sosial.
4. Dalam
cerita rakyat Kisah Cinta Dewi Sulastri terdapat juga nilai pendidikan
(edukasi), meliputi nilai etika, budi pekerti, nilai keteladanan dan
kepahlawanan, nilai toleransi, dan nilai keagamaan (religius).
B. Saran
1.
Masyarakat setempat
Perlu dukungan dan peranan dari rakyat setempat untuk
melestarikan cerita rakyat di sekitarnya kepada anak-anak sekarang dengan cara
lisan ataupun dongeng.
2.
Guru
Sebaiknya guru dapat mengenalkan cerita rakyat di dunia
pendidikan untuk menambah pengetahuan anak didik.
Seorang guru dapat memberikan tugas mengenai cerita rakyat
disekitar diharapkan siswa mengetahui bahwa di tempat kita juga punya sejarah
dan mencontoh nilai-nilai positif yang terkandung dalam cerita rakyat.
DAFTAR PUSTAKA
http://nak-baliparadise.blogspot.com/2012/03/tugas-pengertian-mitos-legenda-cerita.html
info-gudangilmu.blogspot.com/.../macam-macam-cerita-rakyat.html
http://mustikajikebumen.blogspot.com/2009/06/sejarah-desa-karanggadung-kec_23.html
https://docs.google.com/document/d/10HNbBg_Ma-rn.../edit?hl...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar