Anugerah :D

Foto saya
Puring, kebumen , Indonesia

Jumat, 17 Oktober 2014

7 T dalam Membangun Keluarga Sa Ma Wa



: 7 T dalam MEMBANGUN KELUARGA Sa Ma Wa :: 
1.  Taqwa : pastinya keluarga kalau tanpa didasari landasan agama yang kuat yang akan mudah goyang, bahtera rumah tangga. terutama suami yang harus bisa membimbing istri, karena suami itu layakna nahkoda dalam bahtera rumah tangga, dia selaku imam harus bisa memimpin sang istri. 
2. Tafahhum atau saling memahami : Saling memahami satu sama lainya. tidak egois, kalo suami capek habis kerja, istri juga harus tau apa yang harus di kerjakan. kalo kosmetiknya istri habis suami kudu ngerti pula harus gimana? suami pengen ehm ----- tapi istri berhalangan, ya gag boleh marah, dst. kalo gitu makan kehidupan bisa akan rukun dan tidak ada pertengkaran. 
3. Ta'arruf atau saling mengenali : Seorang suami musti dan harus mengetahui semua tentang sang istri, sang istri pun sebaliknya, harus mengerti apa sih kesukaannya istri, apa sih kesukaannya suami? apa yang gag disuka, bagaimana kebiasaan keduanya dsb. Kalo bisa saling mengenal dan mengerti kekurangan satu dan lainya isyaAllah akan langgeng. 
4. Tabassum atau senyum. Senyum adalah hal yang kecil mempunyai dampak yang besar, beda rasanya ketika seorang istri itu memberikan sesuatu ke suaminya secara biasa saja dengan disertai dengan senyuman. ketika si istri ngasih kopi ke mamasnya "mas ini kopinya ! (sambil senyum)" pasti senengnya bukan kepalang sambil bilang dihati "alhamdulillah punya istri sebaik ini". keep smile. apalagi pas ngomong bilangnya pake bahasa halus. adem dengernya. 
 5. Takarrum atau saling menghormati. Akhlak adalah hal yang paling penting dalam berperilaku termasuk dalam berkeluarga, termasuk didalammnya saling menghormati,istri menghormati suami sebagai pemimpin dan imam dalam hidupnya, suami menghormati istri sebagai pendamping hidupnya dikala suka ataupun duka. 6. Tasammuh atau toleransi, dalam kehidupan pasti ada perbedaan, termasuk dalam berkeluarga, antara suami dengan istri ataupun antara keluarga suami dan keluarga istri. dan sikap toleransi. apalagi pada masalah yang krusial seperti gara-gara perbedaan organisasi keagamaan. misal antara si hijau dan biru atau lainya. makanya saling toleransi itu penting. 
 7. Tala' 'ub atau saling bersenda gurau, Adanya canda dan tawa dalam kehidupan berumah tangga lazim selalu dilakukan. Tak baik kalo dalam berkeluarga adanya seriuss mulu, harus diselingi dengan canda dan tawa. saling bergurau, bercengkerama, tanpa itu semua rumah mungkin akan sepi sekali dan tak ada gairah.

Rabu, 15 Oktober 2014

Adakah hiasan fana di dunia | yang lebih baik dari wanita salihah?

1. "dunia itu perhiasan, dan sebaik-baik perhiasannya, ialah wanita salihah" (HR Muslim) | begitu lisan Rasulullah menyanjung wanita salihah

2. wanita memang tercipta menarik bagi mata lelaki sesuai fitrahnya | Allah hiaskan semua itu berdasar kehendak-Nya sebagai penyempurna

3. karenanya Rasulullah ingatkan lelaki akan bahayanya wanita | yang bisa jadi fitnah terbesar pengantar dosa

4. begitu besarnya pengaruh wanita di kehidupan lelaki | sampai-sampai Rasulullah benar-benar mewanti-wanti

5. karena wanita adalah ibu bagi anak-anaknya | pengajar yang pertama dan pendidik paling utama

6. juga karena wanita adalah penopang bagi suaminya dan pelipur laranya | pengingat suaminya dalam taat dan penguat suaminya dalam takwa

7. tersebab mulianya tugas wanita dalam Islam ini | Allah pilihkan teladan terbaik dari istri Nabi

8. Khadijah binti Khuwailid sang bunda Fatimah Az-Zahra | wanita mulia yang melahirkan wanita yang juga mulia

9. bagi Rasulullah Muhammad, Khadijah adalah ketenangan | bagi Rasulullah Muhammad, Khadijah adalah kebaikan

10. bagi Rasulullah Muhammad, Khadijah itu cinta tanpa banding | bagi Rasulullah Muhammad, Khadijah itu ibu tanpa tanding

11. tersebab ketaatannya dan pelayanannya pada suaminya | ia beroleh sesuatu hal yang teristimewa dari Rabb pencipta semesta

12. Jibril berucap "maka sampaikanlah salam kepadanya dari Rabbnya dan dariku.." | sungguh-sungguh mulia wanita yang memuliakan suaminya

13. "kabarkan ia akan beroleh rumah di dalam surga dari mutiara berongga | tidak ada gaduh di dalamnya dan tidak pula letih" (HR Bukhari)

14. bila wanita salihah sudah ada disisi | maka yang lainnya tinggal dilengkapi

15. seharusnya panutan Muslimah ialah wanita semisal Khadijah | tutur kata lembut dan penuh kesabaran serta akhlak nan indah

16. melayani suami sepenuh hati karena ketaatannya pada Allah | senantiasa mengabdikan diri pada Allah dengan ibadah demi ibadah

17. banyak pintu menuju surganya Allah termasuk juga bagi wanita | sesiapa yang taat pada suaminya "dia bisa masuk dari pintu manapun"
18. duhai, adakah hiasan fana di dunia | yang lebih baik dari wanita salihah?

BY Ustadz Felix

Pacaran Sehat Halalkah diajarkan di Sekolah ?







1. tantangan Muslim Indonesia saat ini bukan penjajahan fisik | seringkali lebih penjajahan secara pemikiran, sasarannya akidah

2. intinya, kaum kuffar berusaha jadikan gaya hidupnya sebagai kiblat | untuk di-ekori dan di-buntuti, hingga Muslim tinggalkan ajarannya

3. lewat hollywood diekspor cara hidup hedonis, mendewakan kenikmatan badaniyah | bahasa kerennya ghazwul fikri, perang pemikiran

4. hasilnya, generasi yang jauh dari Islam, menganggap Islam itu anti-modernitas | sebaliknya, menganggap semua dari barat itu keren, gaul

5. ghazwul fikri ini selain ramai lewat media, juga diupayakan via jalur formal | lewat pendidikan formal, kurikulum dan buku-buku formal

6. lewat pendidikan formal, keburukan seolah terlegitimasi dan terlegalisasi | hasilnya, sekolah justru jadi ajang pendidikan tak Islami

7. para cendekiawan dididik di barat, atau minimal dengan cara barat | pada gilirannya, mereka yang menentukan arah pendidikan negeri ini

8. cendekiawan-cendekiawan yang sudah terbaratkan ini, entah sadar atau tidak | akhirnya menjauhkan generasi Muslim dari Islamnya sendiri

9. misalnya bab "Mehahami Dampak Seks Bebas" dalam pelajaran PJOK Kurikulum 2013 | justru ajarkan pacaran walau dibungkus 'pacaran sehat'

10. padahal, sudah banyak survei dilakukan, misal KPAI pernah merilis 62.7% remaja SMP tidak perawan pada 2008 | semuanya dimulai pacaran

11. sebagai Muslim, kita meyakini bahwa hanya dengan Islam manusia mulia dunia akhirat | hanya dengan Islam, Allah akan ridha

12. namun beberapa materi sekolah, justru bertentangan dengan Islam | 'pacaran sehat', renang bagi putri yang tak dipisah dengan putra dll

13. contoh materi 'pacaran sehat' yang ada di buku PJOK kelas 11 | yang dikeluarkan kemdikbud.go.id, bisa dilihat di gambar yang ter-attach

14. secara normatif Rasulullah melarang pacaran dan segala jenisnya, itu mendekati zina | secara data, terbukti pacaran pintu seks bebas

15. bila sedari muda diajarkan begini, wajar setelah dewasa mikirnya | "mending lokalisasi zina, daripada zina nggak dilokalisasi"

16. hasil dari ghazwul fikiri ini ialah Muslim tapi aqidahnya liberal, bukan Islam | pragmatis, tidak mampu berpikir menyeluruh dan solutif

17. kami menyapaikan hal ini karena khawatir dan sayang dengan generasi muda Muslim | kasihan dengan orangtua yang semakin berat amanahnya

18. karenanya hal-hal semisal ini harus menjadi kekhawatiran bersama, karena ini urusan ummat | dan yang ditarget adalah anak-anak kita

19. kita meyakini, tidak semua cendekiawan terbaratkan | masih banyak yang lahir dan tumbuh dengan kepedulian Islam yang tinggi

20. karenanya hal ini kami informasikan hal ini pada ayah @Mohammad_Nuh_ | semoga beliau berbaik hati menanggapi kerisauan ini

21. ummat ini dikepung dari berbagai arah, karenanya kita mesti serius berbenah | bagi kita orangtua, maka harusnya makin banyak belajar

22. sebagai orangtua, sebagai Muslim, kerisauan saya sangat besar pada pendidikan anak | dan saya yakin semua orangtua dan semua Muslim sama

23. kita hidup belum tentu sampai sempurna mengajar anak-anak kita | seandainya kita lebih dulu, pertanyaan besar "masihkah mereka beriman?"

24. mohon doanya pada anak-anak Muslim di Indonesia, juga bagi ayah @Mohammad_Nuh_ | agar tetap istiqamah memperbaiki generasi ummat ini

25. karena kita peduli maka kita berbagi, karena kita Muslim maka kita saling melindungi | semoga di ujung perkara, semua adalah kebaikan
 
by Ustadz Felix

Selasa, 14 Oktober 2014

Makalah Membimbing Peserta Didik yang Lamban



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey) yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan. Guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab setiap  perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.
B.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana membimbing peserta didik yang lamban?
2.      Bagaimana membimbing peserta didik yang cerdas di atas normal?
3.      Bagaimana individualisasi pembelajaran?

C.      Tujuan Penulisan
Di tinjau dari sisi rumusan masalah maka penulis memiliki suatu tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1.      Membimbing peserta didik yang lamban.
2.      Membimbing peserta didik yang cerdas di atas normal.
3.      Individualisasi pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Membimbing Peserta Didik yang Lamban
Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran.
Slow learning atau lamban belajarmerupakan salah satu bentuk kesulitan belajar. Peserta didik yang lamban belajar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, menganalisa apa yang dipelajari, dan mengalami kesulitan dalam memahami isi pembelajaran, serta sulit membentuk kompetensi, dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kelambanan perkembangan ini disebabkan oleh tingkat kecerdasan atau IQ di bawah rata-rata umum atau di bawah normal. Peserta didik slow learning juga sering mengalami kelambanan dalam pertumbuhan jasmaninya.
1.      Intelegensi
Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang bersifat umum (general ability) untuk membuat atau mengadakan analisa, memecahkan masalah, menyesuaikan diri, dan menarik generalisasi, serta merupakan kesanggupanberpikir seseorang. Intelegensi dapat diukur dengan alat-alat tes intelegensi. Dalam melakukan tes ini seseorang disuruh melakukan suatu perbuatan (performance test) atau menjawab sejumlah pertanyaan (verbal test). Hasil tes yang diperoleh oleh peserta didik disebut Mental Age (MA) atau umur mental, sedangkan umurnya disebut Cronologocal Age (CA).
Ciri-ciri Peserta Didik Lambat Belajar sebagai berikut:
1.      Lamban. Peserta didik kelompok lambat belajar lamban dalam menerima dan mengolah pembelajaran, lamban dalam bekerja, lamban dalam memahami isi bacaan, serta lamban dalam menganalisis, dan memecahkan masalah.
2.      Kurang mampu. Peserta didik kelompok lambat belajar kurang mampu berkonsentrasi, berkomunikasi dengan orang lain, mengemukakan pendapat, serta kurang kreatif, dan mudah lupa (susah ingat mudah lupa).
3.      Tidak berprestasi. Peserta didik kelompok lambat belajar akademisnyarendah dan hasil kerjanya tidak memuaskan.
4.      Motoriknya lamban. Peserta didik kelompok lambat belajar pada umumnya lamban dalam belajar berjalan, terlambat dalam belajar berbicara, serta gerakan-gerakan ototnya kendor, dan tidak lincah.
5.      Prilaku negatif. Peserta didik kelompok lambat belajar sering memiliki perilaku  yang kurang baik, kebiasaan jelek, dan tidak produktif
2.      Memahami Latar Belakang Peserta Didik Lambat Belajar
Untuk  memberikan bantuan dan bimbingan secara tepat, dan berhasil kepada peserta didik yang lambat belajar, perlu dipahami  berbagai hal yang melatarbelakanginya. Untuk kepentingan tersebut berbagai usaha yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a.      Studi dokumentasi, mempelajari catatan-catatan pribadi, melalui:
Ø  Buku catatan pribadi
Ø  Dokumen perkembangan pribadi
Ø  Catatan kesehatan
b.      Mengumpulkan data baru sebagai pelengkap
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam memahami dan mengenal latar belakang peserta didik adalah:
1.      Home visit (kunjungan rumah), yakni mengadakan kunjungan ke rumah orang tua peserta didik untuk memahami situasi dan kondisi keluarga, dan lingkungannya.
2.      Tes psikologi, untuk memahami kemampuan psikisnya.
3.      Wawancara dengan orang tua atau temannya.
4.      Observasi terhadap kegiatan peserta didik pada waktu bermain, atau bekerja melakukan tugas kelompokuntuk memahami hubungan social dengan teman-temannya
3.      Usaha-usaha Bimbingan
Guru dan pembimbing dituntut kesabarannya dalam menghadapi peserta didik yang lambat belajar, karena ciri-ciri, sifat dan perilakunya selalu lambat. Tanpa kesabaran guru, peserta didik akan menjadi mudah putus asa, apalagi jika usaha-usaha bantuan yang diberikan tidak segera menampakkan hasilnya.
Sesuai dengan cirri-ciri yang dimiliki oleh peserta didik lambat belajar dan latar belakang peserta didik, maka bimbingan yang diberikan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a.      Pemberian informasi tentang cara-cara belajar yang efektif baik cara belajar disekolah maupun dirumah.
b.      Bantuan penempatan (placement), yakni menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok kegiatan yang sesuai.
c.       Mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk melakukan konsultasi, mendiskusikan kesulitan peserta didik serta mencari cara pemecahannya, terutama berkaitan dengan cara memberikan dorongan agar peserta didik giat belajar, dan cara melayani atau memperlakukan peserta didik dirumah.
d.      Memberikan pembelajaran remidi (remedial teaching), yakni mengadakan pembelajaran kembali atau pembelajaran ulang secara khusus bagi para peserta didik yang lambanuntuk mengajarkan ketinggalan dari kawannya.
e.      Menyajikan pembelajaran secara konkrit dan actual kepada peserta didik yang lamban, yakni dengan menggunakan berbagai variasi media dan variasi metode pembelajaran, untuk membantu mereka dalam memahami konsep-konsep pembelajaran.
f.        Memberikan layanan konseling bagi peserta didik yang menghadapi kesulitan-kesulitan emosional, serta hambatan-hambatan lain sesuai latar belakang masing-masing.
g.      Memberikan perhatian khusus kepada peserta didik yang lamban, dan berusaha untuk membangkitkan motivasi dan kreatifitas belajarnya.

B.      Membimbing Peserta Didik yang Cerdas di atas Normal
Peserta didik yang tergolong cerdas adalah mereka yang memiliki IQ di atas normal. Sistem pendidikan di Indonesia telah menyentuh anak-anak luar biasa melalui sekolah-sekolah luar biasa atau sekolah khusus. Namun demikian, sampai saat ini perhatian untuk menyelenggarakan pendidikan khusus kepada anak luar biasa masih terbatas pada anak luar biasa di bawah normal atau sub normal saja yaitu:
Ø  SLB bagian A (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak tuna netra).
Ø  SLB bagian B (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak tuna rungu dan tuna wicara).
Ø  SLB bagian C (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak lemah ingatan).
Ø  SLB bagian D (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak cacat tubuh, invalid, lumpuh dan sejenisnya).
Ø  SLB bagian E (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak nakal)
Sehubungan dengan hal tersebut, guru dan tenaga kependidikan lain di sekolah perlu dibekali pula dengan teknik bimbingan atau teknik membimbing peserta didik secara tepat waktu dan tepat sasaran. Guru harus memahami cirri-ciri anak luar biasa di atas normal, dan cara memberikan bimbingan yang tepat.
1.      Ciri-ciri Anak Luar Biasa di Atas Normal
Peserta didik luar biasa di atas normal memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a.      Belajar berjalan dan berbicara lebih awal dan cepat menguasai kosa kata dalam jumlah yang banyak.
b.      Pertumbuhan jasmani lebih baik, otot-otot kuat, motoriknya gesit (lincah), dan energik.
c.       Haus akan ilmu pengetahuan, dan menyukai serta sering mengikuti berbagai perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
d.      Mampu secara tepatmenarik suatu generalisasi, dapat mengenal hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain, cakrawala berpikirnya luas dan logis, kritis dan suka berdebat.
e.      Memiliki rasa ingin tahu (natural curiousity) yang tinggi, sehingga nampak suka membongkar-bongkar mainan dan membangunnya kembali.
f.        Cepat dalam menerima, mengolah, memahami dan menguasai pembelajaran, prestasinya baik sekali dalam seluruh bidang studi.
g.      Cepat mengerjakan tugas dengan hasil baik.
h.      Cepat dan tepat dalam bertindak.
i.        Kurang sabar mengikuti hal-hal yang rutin dan monoton.
j.        Cenderung tidak memiliki gangguan nervus (mudah bingung).
k.       Daya imaginasinya tinggi, dan mampu berpikir abstrak.
l.        Cepat dalam bekerja, dan melakukan tugas sehingga banyak memiliki waktu luang.


2.      Prinsip Dasar Membimbing Peserta Didik yang Cerdas
Hal yang perlu diperhatikan dan dipahami guru dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik cepat belajar adalah:
a.      Perlu diupayakan untuk mengembangkan seluruh potensi pesera didik agar memperoleh perkembangan yang optimal, sehingga dapat dicapai suatu kebahagiaan.
b.      Bimbingan yang diberikan harus sesuai dengan cirri-ciri khusus serta kebutuhan peserta didik yang cepat belajar.
c.       Setiap sekolah harus diatur sedemikian rupa, sehingga tercipta suasana yang aman dan nyaman, dan memungkinkan peserta didik cepat belajar mengembangkan seluruh aspek pribadinya.
d.      Dalam memberikan bimbingan jangan semata-mata menekankan pada perkembangan aspek intelektual saja, tetapi perlu dikembangkan aspek-aspek lain seperti sikap, nilai, mental, moral, emosional, social, spiritual, dan tanggung jawab.
e.      Perlu dikurangi kegagalan dan pemborosan sejauh mungkin dengan jalan mendayagunakan seluruh bakat dan kecerdasan serta kreativitas peserta didik.
Masalah-masalah yang dihadapi peserta didik cepat belajar pada umumnya bersumber dari kondisi-kondisi sebagai berikut:
a.      Kurang atau tidak adanya pengertian dari pihak pendidik (guru, orang tua, kepala sekolah, konselor).
b.      Kurang adanya perhatian dari pihak pendidik.
c.       Anggapan yang keliru dari pihak pendidik bahwa peserta didik yang cerdas akan mampu atau bisa memelihara, menjaga, dan mengembangkan dirinya sendiri tanpa bimbingan orang lain.
d.      Kurang tanggap guru terhadap perilaku peserta didik yang cerdas bahkan sering dianggap mengganggu pembelajaran, atau mencemoohkan guru.
3.      Reaksi Negatif
Peserta didik yang tergolong cerdas di atas normal tidak berbeda dengan teman lain, dalam arti sebenarnya mereka juga memerlukan perhatian, penghargaan dan kasih sayang, karena hal tersebut merupakan sebagian dari kebutuhan pokok (basic needs). Jika peserta didik cerdas yang secara wajar juga membutuhkan perhatian, tetapi tidak diperhatikan oleh pendidik, maka akan timbul beberapa reaksi sebagai berikut:
a.      Melarikan diri, pendiam, dan bersifat introvert; reaksi negative ini disebut withdraw.
b.      Mencari perhatian (making attention).
c.       Berpura-pura bodoh.
4.      Bimbingan Bagi Peserta Didik Cepat Belajar
Peserta didik yang cerdas juga sering mempunyai kesulitan, sehingga mereka perlu mendapat layanan bimbinganmaupun layanan pendidikan secara tepat, agar dapat berguna bagi kepentingan dirinya sendiri maupun bagi kepentingan orang banyak. Beberapa bentuk layanan yang dapat diberikan guru kepada peserta didik yang cepat belajar sebagai berikut:
a.      Usaha pencepatan (akselerasi). Anak cerdas diberi kesempatan untuk menyelesaikan suatu programpendidikan dalam jangka waktu yang lebih singkat berbeda dengan yang seharusnya dilakukan.
b.      Menyediakan sekolah khusus yang menampung anak-anak cerdas atau berkualiatas tinggi, sehingga mereka akan mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuannya.
c.       Jika terpaksa anak harus mengikuti sekolah yang terintegrasi dengan anak-anak normal, maka kepadanya perlu diberi kesempatan untuk memperdalam, dan memperkaya pengetahuannya.
d.      Menyalurkan kemampuan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, mengikutsertakan dalam lomba karya ilmiah yang diselenggarakan oleh instansi-instansi tertentu.
e.      Melibatkan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas organisasi dan social.
f.        Untuk mengurangi rasa superior (harga diri berlebih), sebaiknya guru dalam memberikan tugas atau pertanyaan-pertanyaan dilakukan secara proporsional.
g.      Jika diperlukan, maka pada saat-saat tertentu guru hendaknya memberikan reinforcement pada peserta didik yang cerdas.

C.      Individualisasi Pembelajaran
           Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan, hendaknya pembelajaran tidak terbatas pada pembelajaran klasikal, apalagi terbatas pada empat dinding kelas, tetapi perlu diupayakan pada pembelajaran yang dapat melayani perbedaan peserta didik secara individual. Sehubungan dengan itu, guru perlu melakukan upaya-upaya untuk melakukan individualisasi pembelajaran. Individualisasi pembelajaran dimaksudkan sebagai bentuk pembelajaran yang dapat melayani perbedaan peserta didik, dan sesuai dengan kemampuan, tempo belajar, minat, dan nafsu belajar masing-masing. Berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam rangka individualisasi pembelajaran antara lain mencakup pembelajaran dengan modul (modular instruction), pembelajaran berprogram (programe instruction), dan pembelajaran melalui elektronik (E-Learning).


















BAB III
PENUTUP


A.     Kesimpulan
Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran. Slow learning atau lamban belajar merupakan salah satu bentuk kesulitan belajar. Peserta didik slow learner juga sering mengalami kelambanan dalam pertumbuhan jasmaninya

B.      Saran
Di bumi ini banyak sekali hal-hal yang belum terpecahkan misterinya seperti kaitannya dengan cahaya, perubahan bentuk, perpindahan kalor dan lain sebagainya. Oleh sebab itu maka kita harus berusaha menelitinya.














DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E. (2009). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Makalah Lingkungan Pendidikan






MAKALAH
LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Makalah ini disussun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar Pendidikan
Dosen Pembimmbing Nurhidayah, M.Pd

Disusun Oleh : 
   1.       Paryati

                          2.      Pujiasih Ambarwati
                          3.      Puji Lestari

             PGMI II A

SEKOLAH TINGGI NAHDLATUL ULAMA (STAINU) KEBUMEN
2013





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
1.3. Manfaat Penulisan..................................................................... 2
1.4. Rumusan Masalah..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3
          2.1. Pengertian Ketatausahaan......................................................... 3
          2.2. Jenis dan Tugas Ketatusahaan................................................... 4
          2.3. Definisi Tenaga Pendidik dan Kependidikan.............................. 10
          2.4. Tujuan Menejemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan............ 11
          2.5. Tugas dan Fungsi Tenaga Pendidik dan Kependidikan............... 12
          2.6. Aktivitas Tenaga Pendidik dan Kependidikan............................ 13
BAB III PENUTUP.................................................................................. 15
          3.1. Kesimpulan.............................................................................. 15
          3.2. Saran....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 16









KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah swt yang dimana atas limpahan taufiq, hidayah, inayah, nikmat kesehatan, keselamatan yang penulis terima sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan yang berjudul Lingkungan pendidikan walaupun masih jauh dari kesempurnaan.
Penulisan makalah ini  didasarkan pada tugas dari dosen yang mengampu mata kuliah Dasar-dasar pendidikan dan juga karena menelaah permasalahan-permasalaan dunia pendidikan bangsa ini yang semakin kompleks dengan degradasi intelektual, moral maupun spiritual yang mengakibatkan kesemrawutan para subjek pendidikan yakni pendidik dan yang terdidik. Perlu pembenahan segera atas permasalahan ini agar dunia pendidikan bangsa ini mampu bangun dari tidurnya agar mampu membantu bangsa ini bangkit dari ketenggelaman arus global sehingga nantinya mampu untuk berenang dalam arus gobal. Hal ini tentulah beralasan karena perndidikan dapat dijadikan sebuah tolak ukur kemajuan suatu bangsa yakni apabila pendidikan maju maka bangsa itu pun maju namun juga sebaliknya.
Kesempurnaan dari makalah ini tentulah masih belum tercapai, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya nantinya makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.




BAB I
Pendahuluan

A.     Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang selalu ingin hidup berdampingan dengan lingkungannya, baik dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan merupakan tempat berlangsungnya pendidikan, dalam Sistem Pendidikan Nasional dikenal tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah, dan lingkungan pendidikan masyarakat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian lingkungan pendidikan ?
2.      Bagaimana pendidikan dalam lingkungan keluarga ?
3.      Bagaimana lingkungan pendidikan sekolah ?
4.      Bagaimana peran pendidikan dalam lingkungan masyarakat ?

C.     Tujuan Penulisan   
1.      Untuk mangetahui lingkungan apa saja yang mempengaruhi proses pendidikan.
2.      Untuk mengetahui fungsi atau peranan lingkungan keluarga dalam pendidikan anak.
3.      Untuk mengetahui fungsi dan tujuan lingkungan sekolah dalam pendidikan anak.
4.      Untuk mengetahui fungsi dan tujuan lingkungan masyarakat dalam pendidikan anak.
                                                                                                  




BAB II
Pembahasan

A.  Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan suatu keadaan atau berupa tempat yang memungkinkan terjadinya pendidikan. Karena pendidikan merupakan interaksi manusia, maka yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan adalah suatu tempat dimana memungkinkan terjadinya suatu interaksi manusia dalam prosespendidikan dan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Lingkungan pendidikan secara garis besarnya oleh Ki Hajar Dewantoro dibagi menjadi tiga yang disebut Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.Hal itu sejalan dengan dinyatakan oleh Langeveld bahwa yang bertanggung jawab dalam pendidikan adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat (Tirtahardja, 2004).
Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap peserta didik. Perbedaan pengaruh tersebut tergantung jenis lingkungan pendidikan tempat peserta didik terlibat di dalamnya. Hal ini karena masing-masing  lingkungan pendidikan memiliki situasi sosial yang berbeda-beda. Situasi sosial yang dimaksud meliputi faktor perencanaan, sarana, dan sistem pendidikan pada masing-masing jenis lingkungan.
B.          Fungsi Lingkungan Pendidikan
1.      Membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya baik lingkungan fisik, sosial dan budaya,

C.  Pendidikan dalam lingkungan keluarga
1)   Pengertian keluarga
Secara etimologis, menurut Ki Hajar Dewantoro (Abu Ahmadi, Nur Unbiyati, 1991) kata keluarga berasal dari kata kawula dan warga. Kawula berarti “abdi”, yakni “hamba” dan warga berarti anggota.Sebagai abdi di dalam keluarga wajiblah seseorang menyerahkan segala kepentingan-kepentingannya kepada keluarganya.
Secara umum keluarga merupakan suatu lembaga yang terdiri atas suami istri dan anak-anaknya  yang belum menikah, hidup dalam sebuah kelompok berdasarkan ikatan tertentu, bertempat tinggal sama, yang ditandai dengan adanya kerjasama ekonomi, memilki fungsi mendidik anak sehingga anak berkembang dengan baik.
Lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama dan pertama bagi anak, karena di sinilah anak mengenal dunia pertama kalinya. Kemudian disebut sebagai lingkungan  pendidik yang utama bagi anak, karena keberhasilan pendidik anak dalam keluarga ketika anak dalam usia dini atau (golden age), akan sangat berpengaruh pada keberhasilan pendidikan pada periode perkembangan anak berikutnya. Karena itulah keluarga dipandang sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.
2)   Fungsi Keluarga
·        Fungsi Edukasi
Orang tua secara kodrati langung memikul tenaga sebagai pendidik, baik bersifat sebagai pemelihara, pengasuh, pembimbing, maupun sebagai guru dan pemimpin terhadap anak-anaknya.
·        Fungsi Sosialisasi
Keluarga menjadi penghubung anak dengan kehidupan social, dengan pembiasaan nilai-nilai norma-norma social yang berlaku dalam masyarakat.
·        Fungsi Proteksi (Perlindungan)
Keluarga berfungsi sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman, damai, dan tentram bagi seluruh anggota kelurga sehingga terpenuhi kebahagiaan batin dan juga secara fisik.
·        Fungsi Afeksi (Perasaan)
Keluarga sebagai tempat untuk menumbuhkan-kembangkan rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungan.
·        Fungsi Religius
Keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak kepada kehidupan beragama.
·        Fungsi Ekonomi
Keluarga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan ekonomi, fisik dan materil yang sekaligus mendidik keluarga hidup efisien, ekonomis dan rasional.
3)      Keluarga sebagai Lingkungan Pendidikan
Keluarga merupakan tempat yang subur dan efektif bagi pendidikan watak dan budi pekerti, seperti kejujuran, keadilan, keberanian, dan sebagainya.Keluarga juga membina dan mengembangkan persaan soaial anak, seperti hidup hemat, menghargai kebenaran, tenggang rasa, dan sebagainya.
Oleh karena itu, keluarga sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranan penting dalam membentuk generasi muda.Keluarga disebut juga lembaga pendidikan informal, pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang tidak diorganisasikan secara structural dan tidak mengenal penjenjangan kronologis menurut tingkatan umum maupun tingkatan keterampilan dan pengetahuan.
4)      Peranan Anggota Keluarga dalam Pendidikan Anak
Ø  Peranan Ibu
Ibu dalam keluarga merupakan orang yang pertama kali berinteraksi dengan anaknya, pengalaman anak dengan ibunya akan sangat terkesan seumur hidupnya atas perlindungan, pemeliharaan dan dorongan serta kasih sayangnya.
Dari seorang ibu diharapkan ia menghadapi anaknya dengan penuh kasih sayang, sehingga dikatakan bahwa “ibu berperan sebagai lambing kasih sayang”

Ø  Peranan Ayah
Seorang ayah mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya terhadap pembentukan kapribadian anak.Anak memandang ayahnya sebagai orang paling bearani, paling perkasa.Kegiatan sehari-hari yang dilakukan ayah sangat berpengaruh besar kepada ayahnya.
Jadi hendaknya seorang ayah mempunyai kesadaran bahwa ia turut bertanggung jawab dalam pejagaan, perawatan, dan pemeliharaan serta pendidikan anak-anaknya bersama seorang ibu.

D.       Pendidikan dalam Lingkungan Sekolah
Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak.Karena itu disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan kepribadian anak. Karena sekolah itu sengaja disediakan atau dibangun khusus untuk tempat pendiddikan, dapatlah ia digolongkan sebagai tempat atau lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, lebih-lebih mempunyai fungsi melanjutkan pendididkan keluarga dengan guru sebagai ganti orang tua yang harus ditaati (Ahmadi, 1991).
Pendidikan di sekolah, biasanya disebut sebagai pendidikan formal karena ia adalah pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan, isi, metode, alat-alatnya disusun secara eksplisit, sistematis dan distandarisasikan (Azra, 1998).
Penjabaran fungsi sekolah sebagai pusat pendidikan formal, terlihat pada tujuan institsional, yaitu tujuan kelembagaan pada masing-masing jenis dan tingkatan sekolah. Di Indonesia lembaga pendidikan formal pra sekolah meliputi: Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas yang terdiri dari Sekolah Menengah Umum dan Kejuruan, serta Perguruan Tinggi dengan aneka ragam bidangnya. Tujuan institusional untuk masing-masing tingkat atau jenis pedidikan, pencapainya ditopang oleh tujuan-tujuan kirikuler dan tujuan instruksional.
Sekolah hendaknya memberikan pendidikan keagamaan, ahlak sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Pendidikan agama yang diberikan jangan bertentangan dengan pendidikan agama yang telah diberikan keluarga, karena si anak akan diharapkan dengan pertentangan nilai-nilai, sehingga mereka akan bingung dan kehilangan kepercayaan. Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul tanggung jawab pendidikan yang dipikul orang tua (Daradjat, 1992).
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan berdasarkan asas-asas tanggung jawab berikut ini:
·        Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku (undang-undang pendidikan).
·        Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan Negara.
·        Tanggung jawab fungsional ialah tanggung jawab profesional pengelola dan pelaksana pendidikan (para guru dan pendidik) yang menerima ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya. Tanggung jawab ini merupakan pelimpahan tanggung jawab dan keercayaan orang tua (masyarakat) kepada sekolah dari para guru (Tim Dosen IKIP Malang, 1988)
Sekolah yaitu pendidikan sekunder yang  mendidik anak mulai dari usia msuk sekolah sampai ia keluar sekolah dengan pendidikannya (guru) yang mempunyai kompetensi professional, personal, sosial dan pedagogik. Persekolahan seringkali diidentifikasikan sebagai lembaga pendidikan formal, sebagai akibat persekilahan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan yang pengelolaannya dengan aturan yang lebih ketat dibandingkan dengan lembaga lainnya.Sekolah sebagai tempat pendidikan formal, pembinaan dan pengembangan kepribadian anak di sekolah diorientasikan pada tujuan tertentu sesuai dengan visi, misi dan tujuan sekolah, diantaranya diorientasikan kepada kehidupan masyarakat dalam rangka menumbuhkan nilai-nilai budaya yang ada pada masyarakat disekitarnya.
Sekolah sebagai pendidikan formal dirancang sedemikian rupa agar lebih efektif dan lebih efisien, yaitu bersifat klasikal dan berjenjang.Sistem klasikal memungkin beberapa/sejumlah anak belajar bersama dan dipimpin oleh seseorang arua beberapa orang guru sebagai fasilator. Sebagai konsekuensinya mereka menerima materi yang sama. Untuk itu, pada suatu kelas biasanya murid-muridnya mempunyai kemampuan yang relatif sama dari kelompok umur yang hampir sama pula.
Pada dasarnya sekolah sekarang sudah tidak disekay oleh tembok atau gedung karena sumber belajar yang dipergunakan di sekolah sudah beragam dari sesuatu yang dapat dibawa ke dalam kelas sampai ssuatu yang hanya bisa dikunjungi oleh anak karena tidak mungkin dibawa ke dalam kelas, seperti museum, gunung, hutan, pantai dan lain sebagainya.
Sekolah memiliki ciri jenjang, antara lain:
·          Jenjang Lembaga
Sekolah dirancang dengan berbagai tingkatan, dari Taman Kanak-Kanak (TK), sampai Perguruan Tinggi (PT).Sebagian dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional dan sebagian lainnya dikelola oleh Departemen Agama.
·          Jenjang Kelas                                                                                                                                                       Disamping berjenjang ke atas mnurut tingkatan lembaga, juga berjenjang menurut tingkatan kelas. Seperti pada jenjang lembaga, murid hanya bisa mengikuti pendidikan pada kelas yang lebih tinggi bilamana ia telah dapat menyelesaikan pendidikannya di tingkat sebelumnya. Jenjang kelas ini bervariasi.Pada tingkat SD/MI terdiri dari enam kelas, SMP/MTS tiga kelas, dan SMA/MA termasuk sekolah yang sederajat tiga kelas.Sedangkan pada jenjang PT tidak ditentukan oleh jenjang kelas, tetapi sejauh mana mahasiswa dan mahasiswi dapat menyelesaikan pendidikannya sesuai dengan kecepatannya.Setiap mahasiswa dan mahasiswi diberi kesempatan untuk memilih mata kuliah dan dosen secara mandiri.Masing-masing mata kuliah diberi bobot sendiri-sendiri yang disebut dengan Stuan Kredit Semester (SKS).Ada mata kuliah yang berbobot 2 sks, 3 sks, 4 sks, 5 sks, 6 sks, 7 sks, dan 8 sks.Mahasiswa dan mahasiswi hanya diperkenankan mengambil maksimal 24 sks.Apabila mahasiswa dam mahasiswi mendapatkan kesempatan untuk menempuh 24 sks, maka jumlah sks itu dibagi dengan jumlah sks masing-masing mata kuliah. Dengan demikian akan diperoleh jumlah mata kuliah yang akan ditempuh dalam satu semester. Apabila jumlah mata kuliah yang ditempuh dalam satu semester itu mendapatkan nilai baik ia dapat mempertahankan jumlah sks maksimal untuk semester berikutnya. Akan tetapi bila nilai yang diperolehnya kurang baik, jumlah sks yang diperkenankan diambil pada semester berikutnya dikurangi. Konsekuensi dari sistem seperi ini, adalah bahwa setiap mahasiswa dan mahasiswi yang dapat menyelesaikan jumlah maksimal sks setiap semester, dampaknya ia akan cepat selesai karena setiap semester ia mendapatkan jatah sks yang banyak. Disisi lain apabila setiap semester ia mendapat nilai kurang baik, ia hanya diperkenankan mengambil jumlah sks sedikit, sehingga berakibat penyelesian studinya lebih lama.
Sistem pembelajaran pada masing-masing jenjang sebagaimana tersebut di atas telah ditentukan muatan materi, desain, strategi pembalajaran yang disebut dengan kurikulum masing-masng level atau jenis sekolah mempunyai kurikulum sendiri yang berbeda antara satu sama lain. Dengan memperhatikan asupan kurikulum ini, seorang anak akan berpindah ke tempat lembaga atau jenjang pendidikan lainnya sesuai dengan kompetensi yang pernah dicapainya sesuai dengan muatan kurikulumnya. Sebaiknya anak yang tidak dapat menyelesaikan suatu tingkat/jenis pendidikannya dapat megulang kembali pada jenjang yang pernah ditempunya sampai ia menguasai kompetensi yang dipersyaratkan oleh jenjang di jenis sekolah itu.
Evaluasi intuk mengukur kemampuan murid untuk menyelesaikan pendidikannya pada suatu jenjang atau jenis pendidikan dilakukan melalui tiga cara, yaitu: 
   Formatif, dilakukan setiap selesai satu sesi pembelajaran.  
Sumatif, yang dilakukan setiap semester, atau setiap tahun. 
                   Untuk evaluasi yang diselenggarakan setiap tahun ini disebut dengan Evaluasi Tahap Akhir (EBTA).  
   UAN (Ujian Akhir Nasional), adalah evaluasi yang diselenggarakan pada sekolah yang diselenggarakan  oleh pemerintah (sekolah negeri atau sekolah swasta) yang berada dalam naungan pemerintah. Ujian ini bertujuan untuk mengawasi kualitas penyelenggaraan pendidikan dan bermaksud untuk mengukur kompetensi murid yang akan menyelesaikan pendidikan pada satu tingkat lembaga supaya mempunyai standar kualitas minimal yang relative sama secara nasional. Pelaksanaan UAN di sekolah agar seorang murisd belajar materi sebagaimana dikehendaki oleh kurikuluk sehinggga segala aspek kepribadiannya dapat berkembang secara maksimal dan optimal, sesuai dengan rancangan kurik
  Meskipun demikian, tidak semua pertumbuhan dan perkembangan kepribadian murid itu berkembang semata karena kurikulum, tetapi boleh jadi perkembangan itu melalui interaksi antara satu murid dengan lainnya, atau dengan gurunya, bahkan dengan lingkungannya. Interaksi seorang murid dengan lingkungan sosialnya misalnya (murid atau guru) akan mengembagkan sikapnya untuk dapat menerima kehadiran pihak lain disamping dirinya. Interaksi dengan lingkungannya memungkinkan murid untuk dapat mengadaptasikan dirinya dengannya agar dapat mengelola lingkungannya sedemikian rupa untuk tujuan hidupnya dan sebagainya.Interaksi demikian barangkali tidak dicantumkan secara jelas dalam kurikulum, tetapi manakala seorang pemimpin sekolah atau guru memikirkan hal demikian maka kejaian seperti itu masuk dalam hiden kurikulum (hidden curriculum)
Suatu keniscayan yang sulit untuk dipungkiri bahwa di sekolah murid dilatih dengan disiplin yang lebih ketat dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya (keluarga atau masyarakat), sehingga ia haus sekolah pada hari-hari dan jam-jam tertentu dan libur pada hari-hari tertentu sekolah dianggap sebagai suatu lingkungan yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-muridnya, lebih-lebih dikaitkan dengan pengadaan sumber daya manusia yang berkualitas untuk dapat bersaing secara global. Maka pembangunan sekolah dianggap sebagai investasi yang prospektif demi menyongsong kemajuan bangsa.

E.        Pendidikan dalan Lingkungan Masyarakat
Secara sederhana masyarakat adalah kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan dan agama.Setiap masyarakat mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu.Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan yang menunjang pendidikan keluarga dan sekolah. Masyarakat besar pengaruhnya dalam member arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya ( Drajat, 1992). Semua anggota masyarakat memikul tanggung jawab membina, memakmurkan, memperbaikimemikul tanggung jawab membina, memakmurkan, memperbaiki, mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang makruf melarang yang mungkar dimana tanggung jawab manusia melebihi perbuatan-perbuatannya dan maksud-maksudnya, sehingga mencakup  masyarakat tempat ia hidup dan alam sekitar yang terjadi di sekelilingnya atauterjadi dari orang lain.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam dalam masyarakat meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasan , pembentukan pengertian (pengetahuan) sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan (Marimba,1980). Dalam perkembangannya , lembaga pendidikan Islam ini, menjadi sarana pengembangan pribadi ke arahn kesempurnaan sebagai hasil dari pengumpulan dan latihan secara terus menerus. Lembaga pendidikan kemasyarakatan Islam dapat mengambil bentuk organisasi kepanduan, perkumpulan pemuda, olahraga, kesenian, remaja masjid, majlis taklim, koperasi dan lain-lain.Semua lembaga seperti ini dapat difungsikan dalam mengemban misi pendidikan Islam (Azra, 1998).
Sosial atau masyarakat, adalah pendidikan tersier yang merupakan pendidikan terakhir, tapi bersifat permanen dengan pendidiknya masyarakat itu sendiri secara sosial, kebudayaan adat istiadat dan kondisi masyarakat setempat sebagai lingkungan material. Lembaga pendidikan  kemasyarakatan contohnya contohnya masjid, surau atau langgar, mushola, madrasah, pondok pesantren, majlis taklim, kursus-kursus, badan badan pembinaan rohani (biro pernikahan, biro konsultasi keagamaan dan sebagainya.
Keterkaitan Antar Lingkungan Pendidikan
  1. Hubungan antara Keluarga dengan Sekolah
Sebagai lingkungan pendidikan yang terorganisasi secara sistematis, sekolah merupakan wadah yang menempatkan anak dalam kelompok-kelompok tertentu berdasarkan tingkat kemampuan dan kesesuaian umur.
Secara intelektual sekolah adalah lingkungan yang secara sistematis melakukan perencanaan pengembangan melalui berbagai pelajaran yang diberikan dalam kurikulum. Orang tua pembimbing dzlzm kehidupan sehari-hari bagi anak berkewajiban mengontrol proses pengembangan anak secara keseluruhan baik perkembangan intelektual dengan memberikn fasilitas dan dukungan keilmuan maupun psikologis dengan menjadi pelndung dan tempat berbagi anak (Ahmadi, 1991).
Cara-cara menjalin kerjasama antara keluarga dengan sekolah:
1.      Kunjungan pihak sekolah (guru) ke rumah anak didik
2.      Kunjungan orang tua ke sekolah.
3.      Casce conference (rapat)
4.      Badan Pembantu Sekolah.
5.      Adanya daftar nilai dan rapor.
  1. Hubungan antara sekolah dan masyarakat
-         Sekolah sebagai mitra masyarakat dalam mernjalankan fungsi pendidikan
Hubungan ini menempatkan sekolah dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang potensial untuk melakukan proses –proses pendidikan
-         Sekolah sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari masyarakat.
Secara lebih terperinci hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut
Sekolah adalah pelayan bagi kebutuhan pendidikan masyarakatnya.
Ketetapan sasaran dan target pendidikan yang ditangani oleh sekolah akan ditentukan oleh kejelasan kontrak antara sekolah sebagai pelayan dan masyarakat sebagai pemesan.
Kualitas hubungan antara keduanya dipengaruhi oleh ikatan-ikatan obyektif  berupa perhatian, penghargaan dan topangan lainnya seperti dukungan financial dan lain-lain ( Tim Dosen IKIP Malang,1980).
Kontribusi yang diberikan oleh sekolah kepada masyarakat meliputihal hal berikut:
·        Mencerdaskan kehidupan masyarakat
·        Memberikan pengaruh perubahan bagi perkembangan masyarakat
·        Melahirkan masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja dilingkungan masyarakat.
       Masyarakat memberikan pengaruh pada sekolah pada hal-hal berikut:
·        Orientasi dan tiujuan pendidikan
Identitas dan dinamika suatu masyarakat akan membawa pengaruh terhadap orientasi dan tujuan sekolah, karena sekolah dilahirkan oleh dan untuk masyarakat. Pengaruh identitas masyarakat terhadap pendidikan dapat dilihat dalam perbedaan program-program pendidikan sekolah diberbagai negara yang masing-masing memiliki identitas yang berbeda-beda.
·        Proses pendidikan di serkolah
Nilai sosial budaya dalam masyarakat bisa menjadi factor-faktor yang menghambat atau mendukung bagii proses belajar mengajar di sekolah. Partisipasi masyarakat bisa berupa material maupun spiritual atau nilai tertentu (Tim Dosen IKIP Malaang, 1980).
  1. Hubungan antara keluarga dan masyarakat
Kontribusi lingkungan masyarakat terhadap pendidikan bagi anakantara lain
·        Berdasarkan dinamika yang terjadi di masyarakat, anak didik mendapatkan pengalaman langsung (firs hand experience)
·        Dalam masyarakat terdapat banyak sumber belajar yang tidak dimiliki sekolah ataupun keluarga (hasbullah, 2003).
Perbedaan orang tua dan peergroup
Perbedaan dasar : dalam dunia orang dewasa posisi anak selalu dalam posisi subordinat dengan kata lain posisi orang tua selalu di atas sedangkan dalam peergroup, anak mempunyaistatus yang sama dengan diantara yang lain (equal). Jadi peergroup selalu berada di bawah  orangtua, sehingga anak membutuhkan kelompok sendiri karena ada kesamaan dalam segala bidang.
Perbedaan pengaruh: pengaruh peergroup semakin lama semakin penting bagi anakdibanding dengan pengaruh keluarga.
Dengan demikian hubungan antara lingkungan keluarga dan masyarakat dapat dilihat dari dua sisi. Pertama keluarga adalah peletak dasar-dasar pendidikan sosial bagi anak yang di dalamnya terdapat pendidikan akan pandangan hidup dan norma sosial. Kedua, masyarakat adalah wadah pengembangan kemampuaan sosial anak yang di dalamnya terdapat kebudayaan, mobilitas sosial dan peran-peran yanfg bisa dipelajari dan diambil oleh anak.


BAB III
Penutup

Kesimpulan
1.      Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan taraf hidup manusia agar lebih bermanfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain dan masyarakat sekitar.
2.      Lingkungan Pendidikan adalah sebuah tempat atau wadah untuk melakukan interaksi manusia dalam proses pendidikan agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai.
3.      Lingkungan Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.




Daftar Pustaka

-     Ahmadi, A. dan Uhbiyati, N. (2001). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.