Anugerah :D

Foto saya
Puring, kebumen , Indonesia

Selasa, 14 Oktober 2014

Makalah Membimbing Peserta Didik yang Lamban



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey) yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan. Guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab setiap  perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.
B.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana membimbing peserta didik yang lamban?
2.      Bagaimana membimbing peserta didik yang cerdas di atas normal?
3.      Bagaimana individualisasi pembelajaran?

C.      Tujuan Penulisan
Di tinjau dari sisi rumusan masalah maka penulis memiliki suatu tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1.      Membimbing peserta didik yang lamban.
2.      Membimbing peserta didik yang cerdas di atas normal.
3.      Individualisasi pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Membimbing Peserta Didik yang Lamban
Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran.
Slow learning atau lamban belajarmerupakan salah satu bentuk kesulitan belajar. Peserta didik yang lamban belajar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, menganalisa apa yang dipelajari, dan mengalami kesulitan dalam memahami isi pembelajaran, serta sulit membentuk kompetensi, dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kelambanan perkembangan ini disebabkan oleh tingkat kecerdasan atau IQ di bawah rata-rata umum atau di bawah normal. Peserta didik slow learning juga sering mengalami kelambanan dalam pertumbuhan jasmaninya.
1.      Intelegensi
Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang bersifat umum (general ability) untuk membuat atau mengadakan analisa, memecahkan masalah, menyesuaikan diri, dan menarik generalisasi, serta merupakan kesanggupanberpikir seseorang. Intelegensi dapat diukur dengan alat-alat tes intelegensi. Dalam melakukan tes ini seseorang disuruh melakukan suatu perbuatan (performance test) atau menjawab sejumlah pertanyaan (verbal test). Hasil tes yang diperoleh oleh peserta didik disebut Mental Age (MA) atau umur mental, sedangkan umurnya disebut Cronologocal Age (CA).
Ciri-ciri Peserta Didik Lambat Belajar sebagai berikut:
1.      Lamban. Peserta didik kelompok lambat belajar lamban dalam menerima dan mengolah pembelajaran, lamban dalam bekerja, lamban dalam memahami isi bacaan, serta lamban dalam menganalisis, dan memecahkan masalah.
2.      Kurang mampu. Peserta didik kelompok lambat belajar kurang mampu berkonsentrasi, berkomunikasi dengan orang lain, mengemukakan pendapat, serta kurang kreatif, dan mudah lupa (susah ingat mudah lupa).
3.      Tidak berprestasi. Peserta didik kelompok lambat belajar akademisnyarendah dan hasil kerjanya tidak memuaskan.
4.      Motoriknya lamban. Peserta didik kelompok lambat belajar pada umumnya lamban dalam belajar berjalan, terlambat dalam belajar berbicara, serta gerakan-gerakan ototnya kendor, dan tidak lincah.
5.      Prilaku negatif. Peserta didik kelompok lambat belajar sering memiliki perilaku  yang kurang baik, kebiasaan jelek, dan tidak produktif
2.      Memahami Latar Belakang Peserta Didik Lambat Belajar
Untuk  memberikan bantuan dan bimbingan secara tepat, dan berhasil kepada peserta didik yang lambat belajar, perlu dipahami  berbagai hal yang melatarbelakanginya. Untuk kepentingan tersebut berbagai usaha yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a.      Studi dokumentasi, mempelajari catatan-catatan pribadi, melalui:
Ø  Buku catatan pribadi
Ø  Dokumen perkembangan pribadi
Ø  Catatan kesehatan
b.      Mengumpulkan data baru sebagai pelengkap
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam memahami dan mengenal latar belakang peserta didik adalah:
1.      Home visit (kunjungan rumah), yakni mengadakan kunjungan ke rumah orang tua peserta didik untuk memahami situasi dan kondisi keluarga, dan lingkungannya.
2.      Tes psikologi, untuk memahami kemampuan psikisnya.
3.      Wawancara dengan orang tua atau temannya.
4.      Observasi terhadap kegiatan peserta didik pada waktu bermain, atau bekerja melakukan tugas kelompokuntuk memahami hubungan social dengan teman-temannya
3.      Usaha-usaha Bimbingan
Guru dan pembimbing dituntut kesabarannya dalam menghadapi peserta didik yang lambat belajar, karena ciri-ciri, sifat dan perilakunya selalu lambat. Tanpa kesabaran guru, peserta didik akan menjadi mudah putus asa, apalagi jika usaha-usaha bantuan yang diberikan tidak segera menampakkan hasilnya.
Sesuai dengan cirri-ciri yang dimiliki oleh peserta didik lambat belajar dan latar belakang peserta didik, maka bimbingan yang diberikan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a.      Pemberian informasi tentang cara-cara belajar yang efektif baik cara belajar disekolah maupun dirumah.
b.      Bantuan penempatan (placement), yakni menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok kegiatan yang sesuai.
c.       Mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk melakukan konsultasi, mendiskusikan kesulitan peserta didik serta mencari cara pemecahannya, terutama berkaitan dengan cara memberikan dorongan agar peserta didik giat belajar, dan cara melayani atau memperlakukan peserta didik dirumah.
d.      Memberikan pembelajaran remidi (remedial teaching), yakni mengadakan pembelajaran kembali atau pembelajaran ulang secara khusus bagi para peserta didik yang lambanuntuk mengajarkan ketinggalan dari kawannya.
e.      Menyajikan pembelajaran secara konkrit dan actual kepada peserta didik yang lamban, yakni dengan menggunakan berbagai variasi media dan variasi metode pembelajaran, untuk membantu mereka dalam memahami konsep-konsep pembelajaran.
f.        Memberikan layanan konseling bagi peserta didik yang menghadapi kesulitan-kesulitan emosional, serta hambatan-hambatan lain sesuai latar belakang masing-masing.
g.      Memberikan perhatian khusus kepada peserta didik yang lamban, dan berusaha untuk membangkitkan motivasi dan kreatifitas belajarnya.

B.      Membimbing Peserta Didik yang Cerdas di atas Normal
Peserta didik yang tergolong cerdas adalah mereka yang memiliki IQ di atas normal. Sistem pendidikan di Indonesia telah menyentuh anak-anak luar biasa melalui sekolah-sekolah luar biasa atau sekolah khusus. Namun demikian, sampai saat ini perhatian untuk menyelenggarakan pendidikan khusus kepada anak luar biasa masih terbatas pada anak luar biasa di bawah normal atau sub normal saja yaitu:
Ø  SLB bagian A (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak tuna netra).
Ø  SLB bagian B (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak tuna rungu dan tuna wicara).
Ø  SLB bagian C (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak lemah ingatan).
Ø  SLB bagian D (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak cacat tubuh, invalid, lumpuh dan sejenisnya).
Ø  SLB bagian E (Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak nakal)
Sehubungan dengan hal tersebut, guru dan tenaga kependidikan lain di sekolah perlu dibekali pula dengan teknik bimbingan atau teknik membimbing peserta didik secara tepat waktu dan tepat sasaran. Guru harus memahami cirri-ciri anak luar biasa di atas normal, dan cara memberikan bimbingan yang tepat.
1.      Ciri-ciri Anak Luar Biasa di Atas Normal
Peserta didik luar biasa di atas normal memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a.      Belajar berjalan dan berbicara lebih awal dan cepat menguasai kosa kata dalam jumlah yang banyak.
b.      Pertumbuhan jasmani lebih baik, otot-otot kuat, motoriknya gesit (lincah), dan energik.
c.       Haus akan ilmu pengetahuan, dan menyukai serta sering mengikuti berbagai perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
d.      Mampu secara tepatmenarik suatu generalisasi, dapat mengenal hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain, cakrawala berpikirnya luas dan logis, kritis dan suka berdebat.
e.      Memiliki rasa ingin tahu (natural curiousity) yang tinggi, sehingga nampak suka membongkar-bongkar mainan dan membangunnya kembali.
f.        Cepat dalam menerima, mengolah, memahami dan menguasai pembelajaran, prestasinya baik sekali dalam seluruh bidang studi.
g.      Cepat mengerjakan tugas dengan hasil baik.
h.      Cepat dan tepat dalam bertindak.
i.        Kurang sabar mengikuti hal-hal yang rutin dan monoton.
j.        Cenderung tidak memiliki gangguan nervus (mudah bingung).
k.       Daya imaginasinya tinggi, dan mampu berpikir abstrak.
l.        Cepat dalam bekerja, dan melakukan tugas sehingga banyak memiliki waktu luang.


2.      Prinsip Dasar Membimbing Peserta Didik yang Cerdas
Hal yang perlu diperhatikan dan dipahami guru dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik cepat belajar adalah:
a.      Perlu diupayakan untuk mengembangkan seluruh potensi pesera didik agar memperoleh perkembangan yang optimal, sehingga dapat dicapai suatu kebahagiaan.
b.      Bimbingan yang diberikan harus sesuai dengan cirri-ciri khusus serta kebutuhan peserta didik yang cepat belajar.
c.       Setiap sekolah harus diatur sedemikian rupa, sehingga tercipta suasana yang aman dan nyaman, dan memungkinkan peserta didik cepat belajar mengembangkan seluruh aspek pribadinya.
d.      Dalam memberikan bimbingan jangan semata-mata menekankan pada perkembangan aspek intelektual saja, tetapi perlu dikembangkan aspek-aspek lain seperti sikap, nilai, mental, moral, emosional, social, spiritual, dan tanggung jawab.
e.      Perlu dikurangi kegagalan dan pemborosan sejauh mungkin dengan jalan mendayagunakan seluruh bakat dan kecerdasan serta kreativitas peserta didik.
Masalah-masalah yang dihadapi peserta didik cepat belajar pada umumnya bersumber dari kondisi-kondisi sebagai berikut:
a.      Kurang atau tidak adanya pengertian dari pihak pendidik (guru, orang tua, kepala sekolah, konselor).
b.      Kurang adanya perhatian dari pihak pendidik.
c.       Anggapan yang keliru dari pihak pendidik bahwa peserta didik yang cerdas akan mampu atau bisa memelihara, menjaga, dan mengembangkan dirinya sendiri tanpa bimbingan orang lain.
d.      Kurang tanggap guru terhadap perilaku peserta didik yang cerdas bahkan sering dianggap mengganggu pembelajaran, atau mencemoohkan guru.
3.      Reaksi Negatif
Peserta didik yang tergolong cerdas di atas normal tidak berbeda dengan teman lain, dalam arti sebenarnya mereka juga memerlukan perhatian, penghargaan dan kasih sayang, karena hal tersebut merupakan sebagian dari kebutuhan pokok (basic needs). Jika peserta didik cerdas yang secara wajar juga membutuhkan perhatian, tetapi tidak diperhatikan oleh pendidik, maka akan timbul beberapa reaksi sebagai berikut:
a.      Melarikan diri, pendiam, dan bersifat introvert; reaksi negative ini disebut withdraw.
b.      Mencari perhatian (making attention).
c.       Berpura-pura bodoh.
4.      Bimbingan Bagi Peserta Didik Cepat Belajar
Peserta didik yang cerdas juga sering mempunyai kesulitan, sehingga mereka perlu mendapat layanan bimbinganmaupun layanan pendidikan secara tepat, agar dapat berguna bagi kepentingan dirinya sendiri maupun bagi kepentingan orang banyak. Beberapa bentuk layanan yang dapat diberikan guru kepada peserta didik yang cepat belajar sebagai berikut:
a.      Usaha pencepatan (akselerasi). Anak cerdas diberi kesempatan untuk menyelesaikan suatu programpendidikan dalam jangka waktu yang lebih singkat berbeda dengan yang seharusnya dilakukan.
b.      Menyediakan sekolah khusus yang menampung anak-anak cerdas atau berkualiatas tinggi, sehingga mereka akan mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuannya.
c.       Jika terpaksa anak harus mengikuti sekolah yang terintegrasi dengan anak-anak normal, maka kepadanya perlu diberi kesempatan untuk memperdalam, dan memperkaya pengetahuannya.
d.      Menyalurkan kemampuan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, mengikutsertakan dalam lomba karya ilmiah yang diselenggarakan oleh instansi-instansi tertentu.
e.      Melibatkan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas organisasi dan social.
f.        Untuk mengurangi rasa superior (harga diri berlebih), sebaiknya guru dalam memberikan tugas atau pertanyaan-pertanyaan dilakukan secara proporsional.
g.      Jika diperlukan, maka pada saat-saat tertentu guru hendaknya memberikan reinforcement pada peserta didik yang cerdas.

C.      Individualisasi Pembelajaran
           Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan, hendaknya pembelajaran tidak terbatas pada pembelajaran klasikal, apalagi terbatas pada empat dinding kelas, tetapi perlu diupayakan pada pembelajaran yang dapat melayani perbedaan peserta didik secara individual. Sehubungan dengan itu, guru perlu melakukan upaya-upaya untuk melakukan individualisasi pembelajaran. Individualisasi pembelajaran dimaksudkan sebagai bentuk pembelajaran yang dapat melayani perbedaan peserta didik, dan sesuai dengan kemampuan, tempo belajar, minat, dan nafsu belajar masing-masing. Berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam rangka individualisasi pembelajaran antara lain mencakup pembelajaran dengan modul (modular instruction), pembelajaran berprogram (programe instruction), dan pembelajaran melalui elektronik (E-Learning).


















BAB III
PENUTUP


A.     Kesimpulan
Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran. Slow learning atau lamban belajar merupakan salah satu bentuk kesulitan belajar. Peserta didik slow learner juga sering mengalami kelambanan dalam pertumbuhan jasmaninya

B.      Saran
Di bumi ini banyak sekali hal-hal yang belum terpecahkan misterinya seperti kaitannya dengan cahaya, perubahan bentuk, perpindahan kalor dan lain sebagainya. Oleh sebab itu maka kita harus berusaha menelitinya.














DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E. (2009). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar