BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Guru dapat diibaratkan sebagai
pembimbing perjalanan (journey) yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya
bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah
perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental,
emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan,
menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta
menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta didik,
tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan. Guru
memiliki berbagai hak dan tanggung jawab setiap perjalanan yang direncanakan dan
dilaksanakannya.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana membimbing peserta didik
yang lamban?
2. Bagaimana membimbing peserta didik
yang cerdas di atas normal?
3. Bagaimana individualisasi
pembelajaran?
C.
Tujuan Penulisan
Di tinjau dari sisi rumusan masalah maka penulis
memiliki suatu tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Membimbing peserta didik yang lamban.
2. Membimbing peserta didik yang cerdas
di atas normal.
3. Individualisasi pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Membimbing Peserta Didik yang Lamban
Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan peserta
didik dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru
dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran.
Slow learning atau lamban belajarmerupakan salah satu
bentuk kesulitan belajar. Peserta didik yang lamban belajar akan mengalami
kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, menganalisa apa yang dipelajari, dan
mengalami kesulitan dalam memahami isi pembelajaran, serta sulit membentuk
kompetensi, dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kelambanan
perkembangan ini disebabkan oleh tingkat kecerdasan atau IQ di bawah rata-rata
umum atau di bawah normal. Peserta didik slow learning juga sering mengalami
kelambanan dalam pertumbuhan jasmaninya.
1.
Intelegensi
Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang
bersifat umum (general ability) untuk membuat atau mengadakan analisa,
memecahkan masalah, menyesuaikan diri, dan menarik generalisasi, serta
merupakan kesanggupanberpikir seseorang. Intelegensi dapat diukur dengan
alat-alat tes intelegensi. Dalam melakukan tes ini seseorang disuruh melakukan
suatu perbuatan (performance test) atau menjawab sejumlah pertanyaan (verbal
test). Hasil tes yang diperoleh oleh peserta didik disebut Mental Age
(MA) atau umur mental, sedangkan umurnya disebut Cronologocal Age (CA).
Ciri-ciri Peserta Didik Lambat Belajar sebagai
berikut:
1. Lamban. Peserta didik kelompok lambat
belajar lamban dalam menerima dan mengolah pembelajaran, lamban dalam bekerja, lamban
dalam memahami isi bacaan, serta lamban dalam menganalisis, dan memecahkan
masalah.
2. Kurang mampu. Peserta didik kelompok
lambat belajar kurang mampu berkonsentrasi, berkomunikasi dengan orang lain,
mengemukakan pendapat, serta kurang kreatif, dan mudah lupa (susah ingat mudah
lupa).
3. Tidak berprestasi. Peserta didik
kelompok lambat belajar akademisnyarendah dan hasil kerjanya tidak memuaskan.
4. Motoriknya lamban. Peserta didik
kelompok lambat belajar pada umumnya lamban dalam belajar berjalan, terlambat
dalam belajar berbicara, serta gerakan-gerakan ototnya kendor, dan tidak
lincah.
5. Prilaku negatif. Peserta didik
kelompok lambat belajar sering memiliki perilaku yang kurang baik, kebiasaan jelek, dan tidak
produktif
2.
Memahami Latar Belakang Peserta Didik
Lambat Belajar
Untuk
memberikan bantuan dan bimbingan secara tepat, dan berhasil kepada
peserta didik yang lambat belajar, perlu dipahami berbagai hal yang melatarbelakanginya. Untuk
kepentingan tersebut berbagai usaha yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Studi dokumentasi, mempelajari
catatan-catatan pribadi, melalui:
Ø Buku catatan pribadi
Ø Dokumen perkembangan pribadi
Ø Catatan kesehatan
b. Mengumpulkan data baru sebagai
pelengkap
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam memahami dan mengenal
latar belakang peserta didik adalah:
1. Home visit (kunjungan rumah), yakni mengadakan
kunjungan ke rumah orang tua peserta didik untuk memahami situasi dan kondisi
keluarga, dan lingkungannya.
2. Tes psikologi, untuk memahami
kemampuan psikisnya.
3. Wawancara dengan orang tua atau temannya.
4. Observasi terhadap kegiatan peserta
didik pada waktu bermain, atau bekerja melakukan tugas kelompokuntuk memahami
hubungan social dengan teman-temannya
3.
Usaha-usaha Bimbingan
Guru dan pembimbing dituntut kesabarannya dalam
menghadapi peserta didik yang lambat belajar, karena ciri-ciri, sifat dan
perilakunya selalu lambat. Tanpa kesabaran guru, peserta didik akan menjadi
mudah putus asa, apalagi jika usaha-usaha bantuan yang diberikan tidak segera
menampakkan hasilnya.
Sesuai dengan cirri-ciri yang dimiliki oleh peserta didik lambat belajar
dan latar belakang peserta didik, maka bimbingan yang diberikan dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Pemberian informasi tentang cara-cara
belajar yang efektif baik cara belajar disekolah maupun dirumah.
b. Bantuan penempatan (placement),
yakni menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok kegiatan yang sesuai.
c. Mengadakan pertemuan dengan orang tua
untuk melakukan konsultasi, mendiskusikan kesulitan peserta didik serta mencari
cara pemecahannya, terutama berkaitan dengan cara memberikan dorongan agar
peserta didik giat belajar, dan cara melayani atau memperlakukan peserta didik
dirumah.
d. Memberikan pembelajaran remidi (remedial
teaching), yakni mengadakan pembelajaran kembali atau pembelajaran ulang
secara khusus bagi para peserta didik yang lambanuntuk mengajarkan ketinggalan
dari kawannya.
e. Menyajikan pembelajaran secara
konkrit dan actual kepada peserta didik yang lamban, yakni dengan menggunakan
berbagai variasi media dan variasi metode pembelajaran, untuk membantu mereka
dalam memahami konsep-konsep pembelajaran.
f.
Memberikan
layanan konseling bagi peserta didik yang menghadapi kesulitan-kesulitan
emosional, serta hambatan-hambatan lain sesuai latar belakang masing-masing.
g. Memberikan perhatian khusus kepada
peserta didik yang lamban, dan berusaha untuk membangkitkan motivasi dan
kreatifitas belajarnya.
B.
Membimbing Peserta Didik yang Cerdas
di atas Normal
Peserta didik yang tergolong cerdas adalah mereka yang
memiliki IQ di atas normal. Sistem pendidikan di Indonesia telah menyentuh
anak-anak luar biasa melalui sekolah-sekolah luar biasa atau sekolah khusus.
Namun demikian, sampai saat ini perhatian untuk menyelenggarakan pendidikan
khusus kepada anak luar biasa masih terbatas pada anak luar biasa di bawah
normal atau sub normal saja yaitu:
Ø SLB bagian A (Sekolah Luar Biasa
untuk anak-anak tuna netra).
Ø SLB bagian B (Sekolah Luar Biasa
untuk anak-anak tuna rungu dan tuna wicara).
Ø SLB bagian C (Sekolah Luar Biasa
untuk anak-anak lemah ingatan).
Ø SLB bagian D (Sekolah Luar Biasa
untuk anak-anak cacat tubuh, invalid, lumpuh dan sejenisnya).
Ø SLB bagian E (Sekolah Luar Biasa
untuk anak-anak nakal)
Sehubungan dengan hal tersebut, guru dan tenaga kependidikan
lain di sekolah perlu dibekali pula dengan teknik bimbingan atau teknik
membimbing peserta didik secara tepat waktu dan tepat sasaran. Guru harus
memahami cirri-ciri anak luar biasa di atas normal, dan cara memberikan
bimbingan yang tepat.
1.
Ciri-ciri Anak Luar Biasa di Atas
Normal
Peserta didik luar biasa di atas normal memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
a. Belajar berjalan dan berbicara lebih
awal dan cepat menguasai kosa kata dalam jumlah yang banyak.
b. Pertumbuhan jasmani lebih baik,
otot-otot kuat, motoriknya gesit (lincah), dan energik.
c. Haus akan ilmu pengetahuan, dan
menyukai serta sering mengikuti berbagai perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan.
d. Mampu secara tepatmenarik suatu
generalisasi, dapat mengenal hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang
lain, cakrawala berpikirnya luas dan logis, kritis dan suka berdebat.
e. Memiliki rasa ingin tahu (natural
curiousity) yang tinggi, sehingga nampak suka membongkar-bongkar mainan dan
membangunnya kembali.
f.
Cepat
dalam menerima, mengolah, memahami dan menguasai pembelajaran, prestasinya baik
sekali dalam seluruh bidang studi.
g. Cepat mengerjakan tugas dengan hasil
baik.
h. Cepat dan tepat dalam bertindak.
i.
Kurang
sabar mengikuti hal-hal yang rutin dan monoton.
j.
Cenderung
tidak memiliki gangguan nervus (mudah bingung).
k. Daya imaginasinya tinggi, dan mampu
berpikir abstrak.
l.
Cepat
dalam bekerja, dan melakukan tugas sehingga banyak memiliki waktu luang.
2.
Prinsip Dasar Membimbing Peserta
Didik yang Cerdas
Hal yang perlu diperhatikan dan
dipahami guru dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik cepat belajar
adalah:
a. Perlu diupayakan untuk mengembangkan
seluruh potensi pesera didik agar memperoleh perkembangan yang optimal,
sehingga dapat dicapai suatu kebahagiaan.
b. Bimbingan yang diberikan harus sesuai
dengan cirri-ciri khusus serta kebutuhan peserta didik yang cepat belajar.
c. Setiap sekolah harus diatur
sedemikian rupa, sehingga tercipta suasana yang aman dan nyaman, dan
memungkinkan peserta didik cepat belajar mengembangkan seluruh aspek
pribadinya.
d. Dalam memberikan bimbingan jangan
semata-mata menekankan pada perkembangan aspek intelektual saja, tetapi perlu
dikembangkan aspek-aspek lain seperti sikap, nilai, mental, moral, emosional,
social, spiritual, dan tanggung jawab.
e. Perlu dikurangi kegagalan dan
pemborosan sejauh mungkin dengan jalan mendayagunakan seluruh bakat dan
kecerdasan serta kreativitas peserta didik.
Masalah-masalah yang
dihadapi peserta didik cepat belajar pada umumnya bersumber dari
kondisi-kondisi sebagai berikut:
a. Kurang atau tidak adanya pengertian
dari pihak pendidik (guru, orang tua, kepala sekolah, konselor).
b. Kurang adanya perhatian dari pihak
pendidik.
c. Anggapan yang keliru dari pihak
pendidik bahwa peserta didik yang cerdas akan mampu atau bisa memelihara,
menjaga, dan mengembangkan dirinya sendiri tanpa bimbingan orang lain.
d. Kurang tanggap guru terhadap perilaku
peserta didik yang cerdas bahkan sering dianggap mengganggu pembelajaran, atau
mencemoohkan guru.
3.
Reaksi Negatif
Peserta didik yang tergolong cerdas di atas normal
tidak berbeda dengan teman lain, dalam arti sebenarnya mereka juga memerlukan
perhatian, penghargaan dan kasih sayang, karena hal tersebut merupakan sebagian
dari kebutuhan pokok (basic needs). Jika peserta didik cerdas yang
secara wajar juga membutuhkan perhatian, tetapi tidak diperhatikan oleh
pendidik, maka akan timbul beberapa reaksi sebagai berikut:
a. Melarikan diri, pendiam, dan bersifat
introvert; reaksi negative ini disebut withdraw.
b. Mencari perhatian (making
attention).
c. Berpura-pura bodoh.
4.
Bimbingan Bagi Peserta Didik Cepat
Belajar
Peserta didik yang cerdas juga sering
mempunyai kesulitan, sehingga mereka perlu mendapat layanan bimbinganmaupun
layanan pendidikan secara tepat, agar dapat berguna bagi kepentingan dirinya
sendiri maupun bagi kepentingan orang banyak. Beberapa bentuk layanan yang
dapat diberikan guru kepada peserta didik yang cepat belajar sebagai berikut:
a. Usaha pencepatan (akselerasi). Anak
cerdas diberi kesempatan untuk menyelesaikan suatu programpendidikan dalam
jangka waktu yang lebih singkat berbeda dengan yang seharusnya dilakukan.
b. Menyediakan sekolah khusus yang
menampung anak-anak cerdas atau berkualiatas tinggi, sehingga mereka akan
mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuannya.
c. Jika terpaksa anak harus mengikuti
sekolah yang terintegrasi dengan anak-anak normal, maka kepadanya perlu diberi
kesempatan untuk memperdalam, dan memperkaya pengetahuannya.
d. Menyalurkan kemampuan peserta didik
dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, mengikutsertakan dalam lomba karya ilmiah yang
diselenggarakan oleh instansi-instansi tertentu.
e. Melibatkan dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengikuti kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas
organisasi dan social.
f.
Untuk
mengurangi rasa superior (harga diri berlebih), sebaiknya guru dalam memberikan
tugas atau pertanyaan-pertanyaan dilakukan secara proporsional.
g. Jika diperlukan, maka pada saat-saat
tertentu guru hendaknya memberikan reinforcement pada peserta didik yang cerdas.
C.
Individualisasi Pembelajaran
Untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang efektif, kreatif, dan menyenangkan, hendaknya pembelajaran tidak terbatas
pada pembelajaran klasikal, apalagi terbatas pada empat dinding kelas, tetapi
perlu diupayakan pada pembelajaran yang dapat melayani perbedaan peserta didik
secara individual. Sehubungan dengan itu, guru perlu melakukan upaya-upaya
untuk melakukan individualisasi pembelajaran. Individualisasi pembelajaran
dimaksudkan sebagai bentuk pembelajaran yang dapat melayani perbedaan peserta
didik, dan sesuai dengan kemampuan, tempo belajar, minat, dan nafsu belajar
masing-masing. Berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam rangka individualisasi
pembelajaran antara lain mencakup pembelajaran dengan modul (modular instruction),
pembelajaran berprogram (programe instruction), dan pembelajaran melalui
elektronik (E-Learning).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Keberhasilan
pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam membentuk kompetensi dan mencapai
tujuan, serta keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dalam
pembelajaran. Slow learning atau lamban belajar merupakan salah satu
bentuk kesulitan belajar. Peserta didik slow learner juga sering
mengalami kelambanan dalam pertumbuhan jasmaninya
B.
Saran
Di bumi
ini banyak sekali hal-hal yang belum terpecahkan misterinya seperti kaitannya
dengan cahaya, perubahan bentuk, perpindahan kalor dan lain sebagainya. Oleh
sebab itu maka kita harus berusaha menelitinya.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, E. (2009). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar